Kamis 09 Oct 2025 17:56 WIB

Tentara Israel Babak Belur di Gaza, Media: Bagaimana Bisa Mesin Perang Canggih Dikalahkan Hamas?

Hamas dan perlawanan Gaza membangun strategi militer kuat.

Seorang tentara Israel bergerak di atas kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) di daerah dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 26 Agustus 2025.
Foto: AP Photo/Maya Levin
Seorang tentara Israel bergerak di atas kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) di daerah dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 26 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Dua tahun setelah serangan Badai Al-Aqsa yang dilancarkan oleh perlawanan Palestina pada 7 Oktober, analis militer Maariv, Avi Ashkenazi, berpendapat bahwa kekalahan Israel melawan Hamas tidak terjadi pada pagi hari tanggal 7 Oktober 2023, tetapi sembilan tahun sebelumnya, pada 26 Agustus 2014, saat agresi Israel selama 50 hari ke Gaza berakhir.

Sejak hari itu, Israel membangun mitos yang menyesatkan tentang pencegahan dan superioritas di sekelilingnya dan mempercayai narasinya sendiri hingga saat keruntuhannya.

Baca Juga

Hamas muncul dari reruntuhan untuk membangun kembali kekuatannya, menggeser pertempuran dari pertahanan ke penyerangan, bertransformasi menjadi apa yang disebut analis militer sebagai pasukan Hamas, sementara Israel tenggelam dalam arogansi kekuasaan, mengabaikan semua tanda peringatan.

Bercermin pada peringatan kedua perang, artikel ini memberikan pembedahan yang jujur atas kegagalan Israel di tingkat militer, intelijen, politik, dan sosial.

Ini sekaligus memperingatkan bahwa mengabaikan pelajaran akan mengarah pada "7 Oktober yang baru", yang lebih dahsyat daripada yang dialami Israel pada 2023.

Sejarah Kekalahan

Ashkenazi memulai narasinya dari momen ketika Israel mengira telah keluar sebagai pemenang dari perang 2014 melawan Hamas.

Ketika kepemimpinan politik dan militer pada saat itu mempromosikan gagasan bahwa kelompok tersebut telah dihalangi dan kemampuannya telah terkikis oleh serangan udara. Dalam pandangannya, yang terjadi justru sebaliknya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement