REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Biro Politik Hamas di Luar Negeri, Khaled Meshaal, menegaskan, gerakan perlawanan Palestina tersebut telah mengembangkan kerangka sendiri seputar senjata pejuang yang diminta Amerika Serikat dan Israel untuk dilucuti. Meshaal menegaskan, Hamas sedang berupaya meyakinkan pemerintahan AS tentang pendekatan ini.
Menurut dia, Gaza telah melakukan "bagiannya" dalam gencatan senjata yang berlangsung. Untuk itu, prioritas sekarang adalah Jalur Gaza bisa segera bangkit dan pulih kembali. Berbicara di program Mawazin Al-Jazeera dalam episode yang ditayangkan pada Rabu (10/12/2025), Khaled Meshaal membahas berbagai isu, termasuk posisi Hamas di Jalur Gaza, perlawanan Palestina yang lebih luas, dan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Gaza.
Dia menegaskan, Hamas sedang mengajukan formula yang diusulkan kepada para mediator seputar tuntutan Israel untuk melucuti senjata perlawanan. Mereka menawarkan jaminan untuk mencegah terulangnya perang dengan Israel.
Hal ini, jelasnya, termasuk pertanyaan tentang “bagaimana senjata dapat dijaga, disembunyikan, dan tidak digunakan.” Ia menambahkan, pihak perlawanan juga telah mengusulkan gencatan senjata jangka panjang sebagai mekanisme untuk jaminan nyata, seperti dikutip dari Al Mayadeen.
Meshaal menekankan, ancaman sejatinya datang dari Israel, bukan dari Gaza, yang mereka tuntut untuk dilucuti senjatanya. Dia menggambarkan, pelucutan senjata Palestina sama dengan mengambil jiwa mereka.
Ia meyakini Hamas dapat membujuk pemerintahan AS tentang pendekatannya untuk kerangka gencatan senjata ini. Menurut Meshaal, keyakinannya merujuk dari pola pikir pragmatis para pejabat Amerika. Dia menegaskan, para mediator telah mulai membahas konsep ini dengan Washington.




