Kamis 11 Dec 2025 06:56 WIB

Keretakan di Tubuh Militer Israel Kian Menganga, Ratusan Tentara Ajukan Pengunduran Diri karena Gaji

Banyak diantara tentara mempertimbangkan kembali masa depan di dinas militer.

Tentara Israel menahan seorang demonstran selama protes yang menyerukan kembalinya warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka di kamp pengungsi Nur Shams, di kota Tulkarem, Tepi Barat, Ahad, 23 November 2025.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Tentara Israel menahan seorang demonstran selama protes yang menyerukan kembalinya warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka di kamp pengungsi Nur Shams, di kota Tulkarem, Tepi Barat, Ahad, 23 November 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keretakan internal di dalam militer penjajah Israel kian besar sehingga dinilai mengguncang fondasi tentara pendudukan. Al Mayadeen yang mengutip surat kabar Israel, Israel Hayom melaporkan, hampir 600 perwira dan bintara mengajukan permintaan pengunduran diri.

Gelombang pengunduran diri ini terjadi setelah Mahkamah Agung membekukan apa yang disebut "kenaikan gaji Kepala Staf," sebuah hak istimewa keuangan yang telah lama diberikan kepada anggota tetap. Pembekuan tersebut pun dinilai mengungkap kerapuhan dan ketidakpuasan internal dalam lembaga militer Israel.

Baca Juga

Sebagian besar perwira yang terkena dampak pembekuan kenaikan gaji tersebut berusia di atas 42 tahun. Mereka pun berupaya untuk keluar dari militer sebelum akhir bulan, ketika pembekuan tersebut secara resmi berlaku tanpa perlindungan legislasi apa pun.

photo
Gambar dari video yang dirilis oleh Global Sumud Flotilla yang menunjukkan tentara angkatan laut Israel menaiki salah satu kapal armada saat mendekati pantai Gaza Kamis pagi, 2 Oktober 2025. - (Global Sumud Flotilla via AP)

Insentif keuangan dibekukan

Meskipun Kementerian Keuangan dan Keamanan dilaporkan mencapai kesepahaman pada Juni 2023, masalah ini tetap lumpuh di dalam Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, yang dipicu keberatan dari anggota parlemen Amit Halevi. Kebuntuan ini telah meningkatkan frustrasi di dalam pasukan pendudukan, di mana hak istimewa keuangan telah lama berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan loyalitas dan mempertahankan personel.

Di bawah tekanan yang semakin meningkat, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diperkirakan akan mengadakan sidang untuk mengatasi dampak dan menilai implikasinya terhadap kesiapan operasional tentara pendudukan—posisi yang memalukan bagi Israel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement