REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Serangan militer Israel kembali menorehkan babak kelam dalam perang di Gaza. Pada Selasa (9/9/2025), lebih dari 50 warga Palestina gugur dalam rentetan pemboman udara yang meluluhlantakkan kawasan padat pengungsi, masjid, dan permukiman sipil.
Sementara itu, di saat bersamaan, Israel juga meluncurkan rudal ke ibu kota Qatar, Doha, menargetkan pertemuan para pemimpin Hamas.
Serangan kejam ini menuai kecaman luas. Qatar menyebut aksi militer Israel sebagai bentuk “terorisme negara”, sementara PBB mengutuk pengeboman di Doha sebagai“pelanggaran mencolok” terhadap kedaulatan sebuah negara berdaulat.
Kantor berita Wafa melaporkan serangan drone Israel menghantam tenda-tenda pengungsi di pelabuhan Gaza, menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai banyak lainnya. Empat rumah di kawasan al-Mukhabarat, gedung Zidan di barat laut Kota Gaza, hingga rumah-rumah warga di Deir el-Balah dan Tuffah luluh lantak dihantam bom.
Lembaga pemeriksa fakta, Sanad Al Jazeera mengonfirmasi rekaman serangan terhadap Masjid Ibnu Taimiyah, yang menara utamanya nyaris runtuh dihantam rudal.
Pertahanan Sipil Palestina menyebut Kota Gaza kini “terbakar” dan “umat manusia sedang dimusnahkan”. Dalam 72 jam terakhir saja, lima menara apartemen yang dihuni ratusan keluarga rata dengan tanah, membuat ribuan orang kembali kehilangan rumah.
UNRWA menyebut kawasan al-Mawasi, yang diklaim Israel sebagai “zona aman", justru menjadi kuburan massal baru. Lebih dari 800 ribu pengungsi dijejalkan ke kamp-kamp darurat, hidup dalam kelaparan dan panas yang tak tertahankan.
Di Doha, rudal Israel menghantam lokasi pertemuan para pemimpin Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata AS. Lima orang tewas, termasuk seorang pejabat keamanan Qatar. Meski para pemimpin Hamas selamat, serangan ini memicu badai diplomatik internasional.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menuding Israel melakukan “serangan kriminal sembrono”, sementara Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman menyebut aksi itu sebagai “teror negara”. Doha segera melayangkan protes resmi ke Dewan Keamanan PBB.
Perdana Menteri Qatar mengatakan, Doha akan terus berupaya mengakhiri perang Israel di Gaza, tetapi dia meragukan kelayakan perundingan terbaru.
"Berkaitan dengan perundingan yang sedang berlangsung, saya rasa tidak ada yang valid saat ini setelah kita menyaksikan serangan semacam itu," ujarnya seperti dilansir Aljazeera, Rabu (10/9/2025).
