REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW lazimnya dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal.
Namun, para ulama menegaskan bahwa memperingati kelahiran Nabi SAW tidak terbatas hanya pada bulan tersebut, melainkan boleh dilakukan kapan saja sepanjang tahun.
Dalam kitab Maulid ad-Daiba‘i yang kerap dilantunkan dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU) khususnya di malam Jumat, Imam Abdur Rahman ad-Daiba‘i bahkan menulis sebuah syair yang menekankan pentingnya memperingati kelahiran Rasulullah setiap waktu.
وَلَوْ اَنَّا عَمِلْنَا كُلَّ حِينٍ # لِاَحْمَدَ مَوْلِدًا قَدْ كَانَ وَاجِبْ
Artinya: "Seandainya kami melakukan perayaan Maulid untuk Ahmad (Nabi Muhammad) setiap saat, maka itu memang sudah semestinya (wajib) demikianlah adanya."
Menurut penjelasan Mohammad Ishaqi Al-Ayyubi di laman resmi Pondok Pesantren Sidogiri, maulid pada hakikatnya adalah ungkapan kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Bentuk ungkapan tersebut tidak harus berupa acara besar dengan jamuan makanan, melainkan bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya dengan berpuasa pada hari Senin, membaca dan mendengarkan sirah Nabi, bershalawat, atau menghadirkan kebahagiaan di tengah masyarakat.
“Dengan demikian, apa yang menjadi tradisi di kalangan NU, berupa acara diba’an dan lain sebagainya, itu merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan rasa kecintaan mereka kepada Baginda Nabi Muhammad,” tulis Ishaqi.
Meski demikian, bulan Rabiul Awal tetap memiliki keutamaan khusus. Hal itu karena bulan tersebut bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sehingga dorongan untuk memperingatinya lebih kuat.
Analogi ini diambil dari praktik Rasulullah yang berpuasa pada hari Asyura, mengikuti tradisi kaum Yahudi yang bersyukur atas diselamatkannya Nabi Musa dari Firaun.
Jika umat Yahudi saja bersyukur atas nikmat Allah kepada Nabi Musa, umat Islam tentu lebih layak bersyukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Sebagai umatnya, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk memperingati kelahirannya. Lebih-lebih saat bulan Rabiul Awal tiba, karena bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang bertepatan dengan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW," jelas Ishaqi.
Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan kapan pun, sepanjang dilandasi rasa cinta dan syukur kepada Rasulullah.
Sementara bulan Rabiul Awal tetap menjadi momentum utama untuk memperingatinya dengan lebih istimewa.
