REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Polemik akademisi Amerika Serikat (AS) pro zionis, Prof Peter Berkowitz yang menjadi pembicara dalam Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) di Jakarta, 15-16 Agustus 2025 lalu, berujung pada usulan penghentian sementara program tersebut.
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar melalui surat resmi bertanggal 25 Agustus 2025 meminta agar seluruh pelaksanaan AKN NU dihentikan hingga ada evaluasi menyeluruh.
"Dengan ini kami meminta agar pelaksanaan AKN NU dihentikan/ditangguhkan sampai dengan adanya evaluasi secara menyeluruh yang melibatkan Tim Koordinasi dan Supervisi Pengurus Besar Syuriyah, sebagaimana keputusan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah tanggal 21 Agustus 2025," dikutip dari surat yang ditandangani Rais Aam PBNU.
Selain itu, Rais Aam meminta agar Nota Kesepahaman antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dengan Center for Shared Civilizational Values (CSCV) terkait AKN NU ditangguhkan sampai dengan adanya arahan lebih lanjut.

Keputusan ini diambil setelah mencuat kontroversi kehadiran akademisi dari Hoover Institution Stanford University, Dr. Peter Berkowitz yang disebut memiliki rekam jejak mendukung genosida Israel di Jalur Gaza. Berkowitz tercatat menjadi salah satu dosen tamu AKN NU pada pertengahan Agustus lalu.
Nama Peter Berkowitz juga menjadi sorotan setelah pihak Rektorat Universitas Indonesia (UI) mengundangnya sebagai narasumber dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Program Pascasarjana UI pada Sabtu (23/8/2025).
Nama tersebut dipermasalahkan karena pandangannya yang kerap mendukung agenda zionisme Israel di Palestina. Menurut beberapa artikel yang ditulisnya, profesor tersebut menilai penjajahan Israel terhadap Palestina merupakan hak untuk membela diri. Tak hanya itu, dalam salah satu tulisan bertajuk The Sinai Option, Berkowitz bahkan mengusulkan pemindahan warga Gaza ke Sinai yang berada dalam wilayah Mesir.