
Oleh : Aguk Irawan, Relawan Palestina dan Nahdliyin tinggal di Yogyakarta.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perjuangan bangsa Indonesia dalam menghapus segala bentuk penjajahan di atas dunia, sebagai amanat Pembukaan UUD 1945, semakin sulit.
Benar kata Rasulullah SAW, jihad akbar adalah melawan hawa nafsu. Atau kata Soekarno, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Begitu juga perjuangan para muassis Nahdlatul Ulama sangat mudah. Sebagaimana digambarkan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah, para pengurus di seluruh cabang NU bergerak serentak mengumpulkan uang demi kepentingan Palestina. Itu disampaikan pada 12-15 Juli 1938 M/13 Rabiuts Tsani 1357 H, pada Muktamar NU ke-13 di Menes, Pandeglang, Banten.
KH Abdul Wahab Chasbullah kala itu mengatakan, "Pertolongan-pertolongan yang telah diberikan oleh beberapa komite di tanah Indonesia ini berhubungan dengan masalah Palestina, tidaklah begitu memuaskan adanya... Sebaiknyalah NU dijadikan Badan Perantara dan penolong Kesengsaraan umat Islam di Palestina."
Berbeda halnnya dengan kondisi hari-hari ini. Belakangan, sebagaimana ramai diberitakan media, PBNU justru mengundang tokoh-tokoh yang dikenal luas pro-Zionisme untuk mengajarkan cara berpolitik.
Sedangkan para pengurus NU lain di berbagai tingkatan, mulai wilayah hingga cabang, tampak lebih memilih diam seribu bahasa. Entah, apa alasannya.
Jejak langkah dan pemikiran tokoh-tokoh pro-Zionisme memang terkesan memuai di permukaan, terutama bagi orang-orang yang tidak kritis.
BACA JUGA: Smotrich Siap Bangun Bait Suci, Terompet Sangkakala Mulai Ditiup di Masjid Al-Aqsa, Ya Rabb...
Dalam artikel berjudul "The Path to Peace in the Holy Land," Peter Berkowitz (2013) mengatakan, "Hari ini adalah bukti dimana para pemimpin dan anggota gerakan Islam di Israel menikmati kebebasan dan hak asasi dari pada Ikhwanul Muslimin di Mesir, Yordania, bahkan mereka yang berada di bawah kontrol otoritas Palestina, Hamas, di West Bank," (www.hoover.org).
Akan tetapi, klaim sepihak tetaplah klaim. Eyal Pascovich menulis sebuah artikel berjudul "Israel and the northern branch of he Islamic movement," Israel Affairs, Volume 19, Issue 1 (2013), halaman 139-153. Eyal Pascovich menuliskan bahwa pemerintah Israel menghadapi tantangan yang kompleks dari Gerakan Islam Cabang Utara, sehingga menetapkan 'garis merah' bagi gerakan dan para pemimpinnya, seperti Syeikh Ra'id Salah, telah mengancam melakukan tindakan lebih keras, termasuk pelarangan gerakan.
