REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui kitabnya Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali dengan tajam memaparkan ciri-ciri ulama yang benar-benar memprioritaskan kepentingan akhirat. Tanda pertama dan paling mendasar adalah mereka tidak akan menukar ilmu agama yang mereka miliki dengan kepentingan duniawi yang fana.
Imam Al-Ghazali mengungkapkan tanda pertama ulama yang lebih cenderung terhadap urusan akhirat. Mereka (alim ulama) tidak menukar kepentingan dunia dengan ilmu dan pengetahuan agama yang mereka miliki. Mereka memandang urusan dunia ini kecil, sedangkan kepentingan negeri akhirat nanti jauh lebih besar dan kekal.
Mereka (alim ulama) menganggap bahwa dunia ini dan akhirat nanti berlawanan secara kasat mata, satu dengan lainnya, seperti layaknya dua orang yang saling bermusuhan. Seperti layaknya dua orang istri yang menjadi dimadu seorang suami. Jika salah seorang atau salah satu istri merasakan gembira dan ridha, maka istri lainnya merasakan cemburu dan tidak ridha.
Dunia dan akhirat laksana timbangan. Jika satu sisi timbangan naik, maka sisi lainnya pasti akan berada di bawah (turun). Dunia dan akhirat laksana wilayah Timur dan Barat, yang tidak mungkin dipertemukan pada titik yang sama. Makin ke Timur kita berjalan, maka akan semakin jauh jarak kita dengan wilayah Barat.




