REPUBLIKA.CO.ID, SANAA— Dalam sebuah perkembangan kualitatif yang menandakan eskalasi baru di arena regional, Israel mengungkapkan rudal yang diluncurkan dari Yaman pada Jumat (22/8/2025) lalu membawa hulu ledak yang dapat diledakkan.
Ini adalah jenis hulu ledak yang dirancang untuk menyebabkan beberapa ledakan dan menyebabkan kehancuran berskala sangat besar di area target.
Para ahli militer, yang berbicara dengan Aljzeera Net, dikutip Selasa (26/8/2025) mengatakan rudal ini bekerja dengan teknologi canggih yang memungkinkannya terpecah-pecah dengan meledak sebelum menyentuh tanah untuk mendistribusikan bom dan hulu ledak ke target yang terpisah.
Bisa juga dengan ledakan berikutnya yang mengubah tanah yang ditargetkan menjadi ladang ranjau yang diatur waktunya, sehingga tugas untuk mempertahankan atau menghilangkan ancaman menjadi sangat rumit.
Para ahli juga menunjukkan bahwa kepemilikan kelompok Ansar Allah (Houthi) atas senjata jenis ini terkait erat dengan dukungan dan persenjataan asing.
Hal ini mencerminkan transfer teknologi mematikan ini ke arena konflik yang belum pernah mengalami perkembangan kualitatif seperti ini sebelumnya, dan menyoroti besarnya pergeseran alat konfrontasi.
Menanggapi eskalasi ini, Houthi mengumumkan pada Ahad (24/8/2025) sebuah agresi baru Israel enargetkan beberapa serangan terhadap stasiun perusahaan minyak di Sixty Street di pusat Sanaa, dan pembangkit listrik Haziz di selatan ibukota, selain menargetkan kompleks Gedung Kepresidenan.
Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (25/8/2025) bahwa jumlah korban serangan Israel di ibukota Sanaa meningkat menjadi enam orang tewas dan 86 orang terluka.
BACA JUGA: Perang Iran Israel Segera Meletus dalam Skala Lebih Besar dan Mengerikan?
Konsep ledakan
Rudal jenis ini memiliki kemampuan membawa hulu ledak yang mampu meledak dan terfragmentasi guna menjangkau beberapa target di area yang lebih luas daripada rudal peledak biasa. Dianggap sebagai salah satu senjata paling canggih dan rumit dalam persenjataan perang modern.
Menurut pakar keamanan dan militer Osama Khaled, cara kerja rudal fisi bergantung pada dua mekanisme canggih untuk menyebabkan kerusakan sebanyak mungkin di area yang ditargetkan:
View this post on Instagram