REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hidup di daerah terblokade membuat warga Gaza tidak bisa mengonsumsi bahan pangan yang diinginkan, khususnya cokelat dan gula. Kalaupun ada, warga Gaza hanya bisa mendapatkan bahan pangan dan kudapan tersebut dengan harga yang sungguh mahal.
Di Gaza, satu kilogram gula dihargai 100 dolar AS atau berkisar Rp 1,6 juta. Prof dr Basuki Supartono SpOT, ketua tim EMT ke-2 Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)-Rahma World Wide, mengungkapkan, tentara Israel memang melarang cokelat dan gula untuk masuk ke Gaza. Petugas di perbatasan akan mengeluarkan barang-barang tersebut manakala mendapatinya ketika pemeriksaan.
"Betapa mahalnya sugar dan cokelat itu ada maksudnya. Penjajah tidak ingin warga Gaza melupakan kepedihan itu dengan gula dan cokelat,"ujar Basuki saat diwawancara Republika di Jakarta, pekan lalu.
Basuki mengungkapkan, gula dan cokelat bisa membuat rasa menyenangkan bagi orang yang mengonsumsinya. Artinya, ujar dia, bisa melupakan kepedihan.“Jadi si penjajah itu ingin mereka menderita sederita-deritanya,"jelas Basuki yang bertugas di Gaza pada periode April-Mei 2025 lalu.
Di sisi lain, Ketua Majelis Pertimbangan Anggota (MPA) BSMI ini mengatakan, penjajah membiarkan rokok dan tembakau yang merupakan bahan adiksi untuk masuk ke Gaza. Bahkan, beberapa waktu lalu, truk bantuan yang disponsori Amerika Serikat dan Israel juga kedapatan disusupi oleh narkoba.
Menurut Basuki, situasi serupa sudah terjadi di Damaskus dimana narkoba sudah beredar. "Karena itu, NGO Rahma akan mengundang BSMI membawa tim ahli untuk merehabilitasi narkoba di Damskus. Sepertinya akan berulang lagi di Gaza,"kata Basuki.