REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sejak 2 Maret lalu, Israel menutup seluruh jalur penyebrangan untuk distribusi bantuan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya ke wilayah Gaza, Palestina. Kondisi ini kian parah sebab57 warga Gaza telah meninggal akibat krisis kelaparan sejak serangan 7 Oktober 2023.
Pada konflik genosida di Palestina, sering kali kelaparan menjadi senjata yang sistematis. Warga sipil menjadi korban utama dari cengkraman Israel tersebut.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB atau OCHA mencatat 69 persen wilayah Gaza kini masuk dalam zona penyangga atau perintah evakuasi Israel. Artinya nyaris seluruh wilayah Gaza akan dihancurkan, termasuk lahan pertanian.
Di Rafah, 100 persen wilayah dinyatakan sebagai zona terlarang. Hal ini mempersulit distribusi bantuan kemanusiaan. Peristiwa ini berdampak panjang. Juru Bicara Badan PBB untuk Palestina (UNRWA) Adnan Abu Hasna dalam wawancara dengan Al-Ghad TV, menjelaskan bahwa 66.000 anak di Gaza mengalami malnutrisi akut.
Saat ini Israel hanya mengizinkan 60 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari. Sedangkan sebelum serangan Oktober 2023, sebanyak 500 truk mendistribusikan bantuan kemanusiaan setiap harinya untuk warga Palestina. Saat ini 2,4 Juta warga Palestina terancam mengalami kelaparan akut.
Berbagai upaya dilakukan oleh organisasi kemanusiaan di dunia untuk tetap bisa mendistribusikan bantuan, termasuk Dompet Dhuafa. Jelang Idul Adha 1446 H, Dompet Dhuafa menginisiasi Tebar Hewan Kurban (THK) untuk Palestina. Setiap tahunnya THK diselenggarakan bertujuan untuk pemerataan daging kurban bagi penerima manfaat yang membutuhkan.

Ketua THK Dompet Dhuafa 2025 Dwi Tanty Kurnianingtyas menjelaskan perihal mekanisme strategis untuk distribusi kurban Palestina. Kondisi di Gaza sangat pelik.
Daging kurban akan didistribusikan dalam bentuk daging beku dan kornet dalam kemasan kaleng. Nantinya penyembelihan kurban akan disembelih di titik lain. Untuk kerbau akan disembelih di India dan sapi di Mesir.
Daging kurban berbentuk kemasan kaleng akan disalurkan ke Jalur Gaza. Sementara itu daging beku akan disalurkan ke daerah-daerah pengungsian warga Palestina di Mesir, Lebanon dan Yordania.
Dompet Dhuafa memilih strategi ini dengan mempertimbangkan masa awet yang bersifat jangka panjang pada daging olahan dalam kaleng. Untuk kemasan kaleng, daging yang diolah adalah kerbau.
"Daging akan diolah menjadi full-meat, ada juga yang meat plus ingredients. Untuk kurban berbentuk kaleng, setiap 1/7 kerbau akan menjadi 49 kaleng dengan berat per kaleng 360 gram. Semoga ini dapat menjadi ikhtiar kita membantu saudara-saudara kita yang sedang menghadapi ancaman kelaparan di sana,” kata Tanty.
Selain itu, akan ada beberapa hewan kurban hidup jenis sapi yang akan disembelih di Tepi Barat atau Kota Al-Quds, Palestina. Distribusinya akan berupa daging segar. Untuk kurban di Tepi Barat sendiri, Dompet Dhuafa akan bekerja sama dengan relawan lokal untuk pendistribusiannya.
Bagi Sahabat yang ingin berkontribusi membantu saudara-saudara kita yang sedang menghadapi krisis kelaparan di sana, kamu bisa mengunjungi laman digital.dompetdhuafa.org/kurban sekarang juga!