Senin 05 May 2025 17:15 WIB

Puncak Kejayaan Kerajaan Mughal

Di bawah pemerintahan Shah Jahan, Mughal alami masa keemasan.

Shah Jahan, raja Mughal
Foto: wiki
Shah Jahan, raja Mughal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat, Shah Jahan merupakan salah seorang raja yang berhasil membawa Mughal pada kemajuan pasca-era Akbar. Putra pasangan Jahangir dan Bilqis Makani—seorang wanita Hindu—itu bervisi menjadikan kerajaannya sebagai pusat dunia. Menurut Roger D Long dalam Encyclopedia of India, pemilik nama asli Shihabuddin Muhammad Khuram tersebut berwatak flamboyan dan ambisius.

Agak berbeda dengan kakeknya, Shah Jahan cenderung menerapkan syariat Islam dengan kaku. Ia menjauhi segala bentuk sinkretisme. Beberapa sumber menyebut, kebijakannya juga menyasar bangunan-bangunan yang dianggap sebagai tempat penyembahan berhala. Situs-situs yang demikian itu dihancurkannya.

Baca Juga

Perhatiannya terhadap kepentingan Muslimin amatlah besar. Di lingkungan Istana, para pejabat dan pengikutnya yang beragama Islam diberangkatkan ke Tanah Suci. Selama di Haramain, mereka diperintahkan untuk mengabarkan kepada jamaah haji tentang kebesaran Imperium Mughal.

Shah Jahan pun menggiatkan ekspansi wilayah, khususnya di kawasan Anak Benua India. Militernya terbilang tangguh. Total prajuritnya yang siap tempur mencapai satu juta personel. Kekuatan itu cukup signifikan bila dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan lain pada masanya.

Melalui berbagai ekspedisi militer, Shah Jahan sukses merebut banyak wilayah di India bagian tengah dan selatan. Satu per satu daerah para rajput Hindu berhasil ditaklukkannya. Sasaran pasukannya bukan hanya non-Muslim. Di dataran tinggi Dekka, misalnya, terdapat tiga negeri otonom yang berpenduduk mayoritas pemeluk Islam. Ketiganya adalah Ahmednagar, Bijapur, dan Golconda.

Shah Jahan memerintahkan pengepungan terhadap benteng-benteng tiga negeri tersebut. Pada akhirnya, mereka menyerah dan menjadi bagian dari wilayah Mughal. Ekspansi sang sultan berlanjut hingga ke region Afghanistan dan Balkh. Bahkan, sebagian Asia tengah sempat dikuasainya pada 1638 M, tetapi lepas sekira tiga tahun kemudian.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement