Jumat 14 Feb 2025 09:17 WIB

Benarkah Islam Larang Perayaan Valentine Day? Ini Penjelasan MUI

Valentine day banyak dirayakan di berbagai negara

Hadiah Valentine (ilustrasi). Valentine day banyak dirayakan di berbagai negara
Foto: Dok Freepik.
Hadiah Valentine (ilustrasi). Valentine day banyak dirayakan di berbagai negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Valentine, atau yang dikenal dengan hari kasih sayang dirayakan setiap tahun pada 14 Februari.

Perayaan ini pun diekspresikan banyak orang untuk mengutarakan cinta kasih mereka, tak terkecuali lawan jenis. Apa hukum merayakan Valentine Day? 

Baca Juga

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Prof KH Asrorun Ni’am Sholeh, menegaskan bahwa Islam tidak menolak cinta kasih, tetapi menekankan agar manifestasinya tetap berada dalam koridor ajaran agama dan moral yang berlaku.

“Islam mengajarkan soal cinta kasih antarsesama, yang didasarkan pada hubungan sesama umat Islam, atau dikenal sebagai ukhuwah islamiyah. Sekalipun kita berbeda pemikiran dan istinbat hukum (proses untuk menggali hukum dari Alquran dan Sunnah melalui ijtihad) dalam wilayah mukhtalaf (istilah dalam fikih yang berarti tidak disepakati), kita tetap bersatu dalam konteks ukhuwah islamiyah,” ujar Kiai Ni’am, dikutip dari laman resmi MUI, Jumat (14/2/2025).

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan bahwa selain ukhuwah islamiyah, Islam juga menekankan pentingnya ukhuwah wathaniyah, yaitu persaudaraan atas dasar kebangsaan.

Menurutnya, perbedaan suku, bahasa, dan budaya tidak boleh menjadi pemicu konflik dan permusuhan, melainkan harus disikapi dengan semangat kekeluargaan dan persaudaraan.

“Sekalipun kita berasal dari suku yang beragam, bahasa daerah yang berbeda, keragaman itu tidak boleh menjadi alasan untuk bertentangan, berkonflik, apalagi bermusuhan. Semangatnya adalah kekeluargaan, persaudaraan, dan cinta kasih,” katanya.

Lebih lanjut Pengasuh Pondok Pesantren An-Nahdlah, Depok, Jawa Barat ini juga menekankan konsep ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan berbasis kemanusiaan. Menurutnya, sekalipun terdapat perbedaan kewarganegaraan, adat-istiadat, dan asal-usul, manusia tetap disatukan oleh nilai-nilai luhur kemanusiaan.

“Kita tidak boleh hanya karena beda suku, beda negara, dan beda bangsa, lalu berpisah, bertentangan, apalagi bermusuhan dan berbunuh-bunuhan,” tegasnya.

photo
Infografis Lima Bahasa Cinta dari Manusia untuk Allah. Ilustrasi muslim. Ilustrasi berdoa. Ilustrasi ibadah - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement