Selasa 04 Feb 2025 17:53 WIB

Menag Kaji Kurikulum Cinta untuk Diterapkan di Sekolah Keagamaan

Kurikulum Cinta bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar dalam seminar di agenda Tanwir I Aisyiyah di Tavia Hotel Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Foto: dok ist
Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar dalam seminar di agenda Tanwir I Aisyiyah di Tavia Hotel Jakarta, Kamis (16/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar memperkenalkan konsep “Kurikulum Cinta” untuk diterapkan di madrasah, pesantren, dan sekolah keagamaan lainnya yang berada di bawah naungan Kemenag. Menurut dia, pihaknya masih terus mengkaji kurikulum baru ini. 

"Sekarang sedang dikaji mendalam, ya," ujar Nasaruddin usai menghadiri acara Sarasehan Ulama NU di Jakarta, Selasa (4/2/2025). 

Baca Juga

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini menjelaskan, Kurikulum Cinta bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air pada generasi muda, sekaligus membangun kualitas nasionalisme Indonesia yang kokoh.

Dengan kurikulum ini, Nasaruddin berharap anak-anak Indonesia kelak dapat tumbuh tanpa terpengaruh oleh perbedaan yang bisa menumbuhkan kebencian, melainkan lebih solid dalam persatuan.

"Jadi kita berharap anak-anak nanti akan lahir itu tidak dicecoki dengan sebuah perbedaan apalagi kebencian, sehingga nanti pada saat dia dewasa dia bisa lebih solid lagi kan," ucap Nasaruddin.

Salah satu fokus dalam pengembangan kurikulum ini adalah moderasi umat beragama. Kemenag berencana untuk mengintegrasikan moderasi beragama dan nasionalisme ke dalam kurikulum pendidikan. 

"Kami akan menciptakan pertama rasa nasionalisme yang sangat kuat, kemudian moderasi umat beragama yang sangat dalam, kemudian juga kami akan sisir menjadikan kurikulum," kata dia. 

Dia pun menekankan pentingnya menjaga identitas bangsa Indonesia agar tetap kokoh yang menganut asas Bhinneka Tunggal Ika.

"Jadi bagaimana menciptakan rasa cinta tanah air, bukan hanya cinta beneran merah putihnya, lagu-lagu kebangsaannya, tetapi bagaimana menciptakan diri sebagai orang Indonesia yang sejati," kata Nasaruddin. 

"Nah ini yang sangat penting buat saya ya, karena strategi kebudayaan nasional kita berada di posisi hilang seperti ini kan," jelas Nasaruddin.

Jika tidak memiliki strategi kebudayaan masa depan yang lebih bagus, kata dia, maka bangsa Indonesia bisa kehilangan identitasnya. 

"Padahal identitas itu penting. Coba kita lihat Jepang, Cina, negara-negara berkembang, dia tetap maju di atas peradaban kearifan lokalnya kan?," ujar Nasaruddin. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement