Senin 14 Jul 2025 13:53 WIB

Masa Depan Madrasah, Menteri Agama: Cetak Anak Salih dan Cerdas

Menteri Agama optimistis madrasah akan cetak pemimpin bangsa di masa depan.

Ilustrasi siswa madrasah.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Ilustrasi siswa madrasah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Nasaruddin Umar resmi membuka Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) 2025 di MAN 4 Jakarta, Senin, dan optimistis bahwa madrasah akan mencetak pemimpin bangsa untuk masa depan.

Dalam arahannya, Menag menegaskan madrasah memiliki peran strategis dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual dan akhlak yang kuat.

"Madrasah mencetak anak-anak yang salih dan cerdas. Bukan hanya untuk dunia, tapi juga untuk akhirat. Dari madrasah akan lahir pemimpin-pemimpin masa depan bangsa," kata Menag di hadapan siswa baru madrasah dari tingkat RA hingga MA.

Menag Nasaruddin mengisahkan tentang Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang ulama besar yang sejak kecil dididik untuk jujur dalam segala situasi.

Kisah itu menjadi simbol pentingnya akhlak dan integritas sejak dini, yang menurut Menag hanya bisa tumbuh jika anak-anak mendapat pendidikan agama secara mendalam seperti yang diajarkan di madrasah.

"Jadilah anak yang jujur. Nasihat paling sederhana dari seorang ibu bisa menyelamatkan dunia. Anak-anak madrasah hari ini adalah pejuang kejujuran masa depan," kata dia.

Menag juga menuturkan pengalaman pribadinya bahwa tiga anaknya adalah alumni MAN 4 Jakarta, dan seluruhnya berhasil menempuh pendidikan tinggi hingga menjadi dokter dan melanjutkan studi di dalam dan luar negeri.

"Ini bukti bahwa madrasah adalah tempat terbaik untuk menyiapkan masa depan. Jangan ragu menjadi bagian dari madrasah. Anak-anak hebat akan lahir dari sini," ujar Menag.

Tak hanya siswa, guru-guru juga menjadi perhatian utama. Menag menegaskan bahwa guru madrasah adalah “mursyid” atau pembimbing spiritual, bukan sekadar pengajar.

Maka dari itu, ia mendorong semua madrasah untuk mengembangkan program upgrading guru, baik dalam metodologi maupun penguatan ruhiyah (spiritualitas).

"Guru itu seperti gergaji. Jika tak diasah, ia akan tumpul. Maka guru harus terus belajar, terus diasah, baik intelektual maupun batinnya," ujarnya.

Acara pembukaan ditutup dengan pembacaan Surah Al-Fatihah sebagai simbol dimulainya proses pembelajaran madrasah tahun ajaran 2025/2026.

"Pendidikan di madrasah bukan hanya diawali dengan belajar, tapi dengan penyucian jiwa. Tazkiyah dulu, baru ta’lim," kata Menag.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno menyampaikan tema MATSAMA tahun ini adalah Cinta Madrasah, Cinta Indonesia. Tema tersebut menjadi panggilan moral untuk menjadikan madrasah sebagai ruang tumbuhnya cinta ilmu, cinta Tanah Air, dan cinta kepada Tuhan.

"Madrasah bukan sekadar tempat belajar, tetapi ruang pembinaan akhlak, spiritualitas, dan nasionalisme. Di madrasah, anak-anak tidak hanya belajar menjadi pintar, tapi juga menjadi arif," kata dia.

Suyitno menambahkan bahwa madrasah harus mengembangkan iklim pembelajaran yang membangkitkan semangat batin siswa.

"Madrasah mencetak siswa yang bukan hanya tahu, tetapi juga menghayati. Maka pendidikan spiritual seperti Shalat Dhuha, tadarus pagi, harus menjadi budaya harian madrasah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement