REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT — Otoritas Palestina dituding telah membunuh belasan warganya sendiri sejak 7 Oktober 2023. Informasi tersebut didapatkan Al Jazeera dari sebuah pernyataan video seorang pemimpin Brigade Jenin yang mengungkap terjadi pembunuhan berdarah dingin terhadap 16 warga Palestina.
Pemimpin tersebut juga menuduh PA mengubah Rumah Sakit Jenin menjadi pangkalan militer dan menangkap personel medis yang telah memberikan perawatan kepada mereka yang terluka di kamp tersebut. Ia menyatakan, mereka sebenarnya terbuka untuk mediasi dan bahwa para pejuang Brigade Jenin telah menahan diri untuk tidak menargetkan pasukan keamanan PA yang telah berada dalam garis tembak mereka.
Selain itu, pemimpin brigade tersebut mengonfirmasi bahwa setelah mengusir pasukan keamanan dari salah satu rumah, mereka menyita senjata canggih yang mereka miliki.
Ayah dan putranya tewas
Seorang ayah dan putranya tewas, dan seorang putrinya terluka parah dalam insiden baku tembak hebat di lingkungan al-Hawashin di tengah Kamp Pengungsi Jenin di Tepi Barat utara. Brigade Jenin menuduh pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) melakukan pembunuhan tersebut, seperti dilansir Palestine Chronicle, Ahad (3/1/2025).
Menurut keluarga Mahmoud al-Hajj al-Jalqamousi, seorang penembak jitu dari pasukan keamanan PA yang ditempatkan di sebuah bukit yang menghadap ke kamp tersebut menembak dan menewaskan Mahmoud, 43 tahun, dan putranya yang berusia 14 tahun, Qasim. Sniper tersebut juga melukai putri mereka hingga kondisinya kritis. Keluarga tersebut menyatakan bahwa Mahmoud berada di atap rumahnya, mengisi wadah air sebelum penembakan terjadi.
Peristiwa tragis ini terjadi di tengah pengepungan kamp pengungsi Jenin yang sedang berlangsung oleh pasukan keamanan PA, yang kini telah berlangsung selama 28 hari. Akibatnya, penduduk setempat terpaksa mengadakan sholat Jumat di halaman Pusat Sosial kamp tersebut, meskipun terdengar suara tembakan selama sesi salat.
Komite Keluarga Tahanan Politik mengutuk "dengan kata-kata yang paling keras" "kejahatan biadab" yang dilakukan oleh pasukan keamanan PA. Mereka menggambarkan pembunuhan ayah dan anak itu sebagai pembunuhan berdarah dingin dan mengutuk kebrutalan dan ketidakmanusiawian tindakan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas juga mengecam kampanye keamanan PA yang sedang berlangsung di Tepi Barat. Hamas menyebut pembunuhan tersebut sebagai kejahatan total yang melibatkan pengepungan, pembunuhan yang disengaja, penangkapan, penyiksaan, dan penganiayaan terhadap rakyat Palestina. Hamas menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang telah jatuh di tangan pasukan keamanan PA sejak awal kampanye dan pengepungan.
Hamas lebih lanjut memperingatkan tentang dampak destruktif dari tindakan-tindakan ini terhadap tatanan sosial dan nasional masyarakat Palestina. "Praktik-praktik seperti itu hanya melayani pendudukan Israel dan rencana jahatnya untuk mengakhiri perlawanan di Tepi Barat dan menyelesaikan proyek aneksasi dan pemindahannya," kata pernyataan itu.
Sebagai tanggapan, juru bicara pasukan keamanan Palestina menyalahkan apa yang mereka sebut "penjahat" atas kematian tragis Mahmoud al-Jalqamousi. Dia menegaskan bahwa pasukan PA tidak berada di daerah tersebut pada saat itu. Ia menambahkan bahwa pasukan keamanan telah berulang kali meminta warga untuk berhati-hati.