REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam shalat lima waktu, tiga di antaranya dilakukan dengan bacaan Alquran bersuara keras (jahr) dan dua lainnya bersuara pelan atau lirih (sir), yakni shalat zhuhur dan ashar. Mungkin sebagian Muslim sempat terbersit pertanyaan, mengapa bacaan Alquran dalam dua shalat itu dilakukan secara sir?
Para ulama, sebagaimana dilansir laman Elbalad, telah berupaya mengetahui hikmah shalat dengan bacaan Alquran yang diucapkan tanpa suara keras. Sebagian ulama menyebutkan bahwa pelaksanaan shalat hanya didasarkan pada apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat" (HR Bukhari).
Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah SAW mengimami kami dalam shalat. Terkadang beliau mengeraskan bacaan dan kadang lirih, maka kami mengeraskan apa yang Rasulullah keraskan dan kami baca tanpa suara keras apa-apa yang Rasulullah baca tanpa suara keras."
Tidak ada nash yang menyebutkan secara eksplisit hikmah di balik bacaan lirih dalam shalat zhuhur dan ashar. Meski begitu, sebagian ulama berusaha memaknainya. Mereka menyatakan, shalat zhuhur dan ashar berlangsung dalam waktu ketika orang-orang sibuk bekerja menjemput rezeki.
View this post on Instagram
Dalam kondisi itulah, tepat jika shalat dilakukan dengan bacaan tanpa suara keras. Sebab, pikiran seorang hamba pada waktu zhuhur dan ashar telah dipenuhi oleh berbagai tugas kehidupan.
Ketika bacaan Alquran dalam shalat lirih, maka bisa tercapai sebuah kekhidmatan dalam shalat. Sebab, yang menyadari dan mengetahui bacaan Alquran dalam shalat itu hanyalah diri orang itu sendiri. Dengan demikian, pikirannya pun tidak teralihkan dengan hal lain atau pikiran tentang pekerjaan di luar shalat.




