REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Serang, ibu kota Provinsi Banten, terdapat banyak bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan Muslimin dalam melawan penjajahan. Salah satunya adalah Masjid Kapal Bosok.
Tempat ibadah itu mungkin tidak sebesar Masjid Agung Banten. Akan tetapi, rona historisnya tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan legasi Sultan Hasanuddin tersebut.
Masjid Kapal Bosok—atau Masjid Perahu Bosok—berlokasi di Curugmanis, Curug, Kota Serang, Banten. Seperti tampak pada namanya, kompleks bangunan tersebut menyerupai sebuah kapal. Itulah keunikannya yang menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi para wisatawan.
Setiap bulan suci Ramadhan atau masa libur Lebaran, masjid itu ramai dikunjungi turis lokal. Mereka gemar mengambil gambar atau swafoto dengan latar bangunan “kapal terdampar” itu.
Konon, riwayat tentang Masjid Kapal Bosok bermula sejak abad ke-16 M. Waktu itu, kolonialisme Belanda kian mencengkeram Banten, termasuk wilayah Curugmanis. Puncaknya, Kompeni dapat menguasai Pelabuhan Karangantu, Serang. Kaum penjajah pun berambisi merebut seluruh kekayaan di Kesultanan Banten.
Di kawasan pantai Banten, terdapat seorang ulama karismatik yang bernama Ki Angga Derpa. Dai tersebut beberapa kali memimpin perlawanan masyarakat setempat terhadap Belanda. Sebagai balasan, Kompeni lalu mengejar tokoh pribumi itu hingga ke tempat kapal-kapal bersandar.
Yang tidak diketahui pihak Belanda, Ki Angga Derpa sebelumnya telah menyembunyikan sejumlah harta dan dokumen berharga di sebuah kapal. Walaupun telah berupaya keras untuk menghindari kejaran Kompeni, sang kiai dan sejumlah pengikutnya dapat ditangkap. Mereka kemudian disiksa hingga tak berdaya.
Setelah pasukan Belanda pergi, Ki Angga Derpa teringat akan kapal tempatnya menyembunyikan khazanah Banten dan harta benda. Dengan sisa-sisa kekuatan, ia lantas mencambuk kapal itu. Tak lama kemudian, datanglah air dari laut yang menyapu kapal tersebut hingga ke Curug. Daerah itu cukup jauh dari pesisir.
Selanjutnya, belasan orang santri Pesantren Darul Salam Curug membangun sebuah masjid dari sisa-sisa kapal Ki Angga Derpa itu. Selama empat tahun, pembangunan tersebut mereka lakukan. Itulah cikal bakal Masjid Kapal Bosok, Serang.
Secara total, masjid itu terdiri atas tiga lantai. Yang paling dasar saat ini tidak difungsikan. Sementara itu, jamaah biasa melaksanakan shalat di lantai kedua dan ketiga—tempat mihrab berada. Luas area tempat shalat itu sekitar 5x6 meter persegi.