Senin 23 Sep 2024 08:30 WIB

Mengenal Pasukan Elite Ottoman, Janissari

Janissari adalah kelompok tentara elite Turki Utsmaniyah pada abad pertengahan.

Janissari ilustrasi
Foto: wikipedia
Janissari ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari seluruh korps militer Turki Utsmaniyah pada abad pertengahan, Janissari menjadi yang paling masyhur. Kelompok tentara elite ini dekat dengan sultan. Sebab, tugas utama mereka memang menjaga keamanan dan keselamatan raja dan keluarga istana.

Sejarawan Turki, Micah Azzir, mengungkapkan kehebatan pasukan ini. Mereka sejak masih belia sudah ditempa dengan berbagai pendidikan dan pelatihan militer. Bukan hanya disiplinnya yang dibentuk, tetapi juga keteguhannya dalam berislam.

Baca Juga

“Pendidikan yang keras membuat mereka terlatih dalam menghadapi perang,” ujar Azzir.

Mereka dilatih untuk memiliki mental siap tempur. Setiap personel Janissari dilarang keras mengonsumsi dan melakukan perbuatan-perbuatan haram, termasuk menenggak khamar dan berjudi. Dua hal itu acap kali dilakukan sebagian mereka dahulu, ketika belum memeluk Islam.

Kandidat terbaik yang lolos seleksi calon Janissari akan dikirim ke istana sultan. Di sana, mereka dibentuk menjadi pengawal. Adapun sebagian lain akan menjadi pasukan cadangan yang akan dipekerjakan sementara di bawah pengawasan Utsmaniyah. Termasuk dalam hal ini pegawai pemerintahan hingga tenaga terampil lainnya.

Dengan keunggulan dan keistimewaan pasukan ini, banyak keluarga di daerah penaklukan yang berlomba mendaftarkan putra mereka sebagai Janissari. Dari abad ke-15 sampai akhir abad ke-17, setidaknya ada 200 ribu hingga 300 ribu remaja laki-laki direkrut dengan sistem Devsirme untuk menjadi Janissari. Seiring waktu, para Janissari begitu sukses sehingga mereka tumbuh menjadi salah satu kekuatan sendiri di Kerajaan Turki Ustmaniyah.

Sayang, kemampuan mereka kemudian disalahgunakan untuk memengaruhi kebijakan. Mereka pun terlibat dalam konspirasi politik. Hingga abad ke-17, Janissari telah terlibat banyak kudeta terhadap sultan di istana untuk perebutan kekuasaan.

Tugas Janissari disalahgunakan sebagai alat penggulingan kekuasaan. Di sisi lain, korupsi tumbuh di korps Janissari menggerogoti kekuatan militer Kekaisaran Turki Usmani hingga terus dikalahkan oleh musuh.

“Bahkan, para Jannisari ini kemudian melanggar aturan mereka, terlibat dalam hubungan seksual dengan harem sultan hingga merencanakan pemberontakan dan membunuh Sultan Selim III (1789-1807),” ujar Azzir mengungkapkan.

Upaya kudeta yang sama dilakukan Janissari terhadap Sultan Mahmud II (1808-1839). Namun, upaya tersebut gagal dan membuat Sultan Mahmud II marah besar. Akhirnya, pada 1826 Sultan Mahmud II berbalik memerintahkan seluruh pasukannya memerangi Janissari dan membubarkan pasukan elite tersebut.

“Lebih dari 4.000 Janissari tewas,” kata Azzir. Menurutnya, itu merupakan akhir yang menyedihkan dari sejarah pasukan elite. “Sebagian mereka desersi dan lari akibat ketidaktaatan mereka, sedangkan sebagian yang lain dihukum mati,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement