REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baba Oruc adalah bajak laut corsair yang mengabdi pada Kesultanan Turki Utsmaniyah (Ottoman) pada awal abad ke-16 M. Bersama adiknya, ia dikenal dunia Eropa (Barat) sebagai Barbarossa bersaudara.
Heroisme mereka masyhur bahkan hingga kini. Sesudah jatuhnya daulah Islam di Andalusia (Spanyol), para Salibis terus merangsek hingga ke luar Semenanjung Iberia. Para pelaku inkuisisi Spanyol (Reconquista) itu bahkan hendak menguasai Afrika Utara via Aljir (Aljazair).
Dengan gagah berani, Baba Oruc memimpin pasukan maritim untuk menghalau mereka. Misi ini berhasil, sehingga balatentara Salibis pun kembali ke Iberia.
Sejak 1516, Baba Oruc menjadi pemimpin wilayah Aljazair dan sekitarnya. Untuk melindungi rakyat setempat, pilihan terbaiknya ialah mengintenskan kerja sama dengan Utsmaniyah. Ia mengirimkan utusan dan berbagai hadiah kepada Sultan Selim I di Turki.
Sebagai balasan, sang Sultan mengakui Baba Oruc sebagai gubernur (bey) Utsmaniyah untuk kawasan Mediterania Barat, yang berkedudukan di Aljir. Selim juga memberikan untuknya dukungan persenjataan, armada, dan beberapa pasukan yanisari.
Pada Mei 1518, Spanyol menyerang Tlemcen--sekitar 500 km arah barat Aljir. Oruc gugur dalam pertempuran di sana. Sepeninggalannya, Hayreddin mengambil alih komando atas pasukan untuk melawan aliansi Spanyol. Setelah berjuang sekian lama, akhirnya pada 29 Mei 1529 Aljir dapat direbut kembali oleh corsair Muslim ini.
Keberhasilan itu dicapai terutama berkat dukungan dari Konstantinopel (pusat Ottoman). Kepada Heyreddin, Sultan Suleiman I al-Qanuni memberikan dana, berbagai artileri, dan lebih dari 2.000 pasukan yanisari. Sokongan demikian dapat dipahami.
Sebab, sejak Januari 1529 Utsmaniyah mendeklarasikan perang terhadap sang penerus raja Spanyol Charles V, Ferdinand I. Baik sultan maupun sang corsair menghadapi musuh bersama, yakni rezim Kristen-Andalusia.
Pada 1531, Hayreddin sukses merebut Tunis untuk Utsmaniyah. Konstantinopel pun kian yakin akan keandalannya sebagai pemimpin pertempuran di lautan. Dua tahun kemudian, dirinya diundang secara khusus ke Ibu Kota. Di hadapan Sultan Suleiman I dan Perdana Menteri Ibrahim Pasha, corsair Muslim itu diangkat sebagai marsekal atau kapudan pasha.
Di bawah kepemimpinan Hayreddin Barbarossa, Angkatan Laut Utsma niyah mencapai masa gemilang. Setelah menjadi kapudan pasha, ia langsung menjalankan ekspedisi militer gabungan Turki-Prancis. Setelah sukses menyerang bandar-bandar di Teluk Naples, sasaran selanjutnya adalah Lazio, Terracina, bahkan Ostia--yang hanya berjarak 30 km dari Roma. Karena itu, pen duduk Roma segera membunyikan lonceng-lonceng gereja mereka se bagai tanda keadaan sangat genting.