Jumat 13 Sep 2024 11:38 WIB

Benarkah Isa Putra Maryam Mengabarkan tentang Kedatangan Nabi Muhammad?

Isa Putra Maryam mengabarkan tentang akan datangnya Nabi Muhammad.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Infografis Gaya Hidup Nabi Muhammad yang Terbukti Sehat Secara Ilmiah
Foto:

Dalam kitab Taurat banyak disebutkan isyarat-isyarat kedatangan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan rasul terakhir, seperti Kitab Kejadian 21:13. 

"Maka anak sahayamu itu pun akan terjadikan suatu bangsa, karena itu ia dari benihmu.” Maksudnya ialah keturunan Hajar, ibu dari Ismail yang kemudian menjadi orang-orang Arab yang mendiami Semenanjung Arabia. Waktu Nabi Ibrahim pergi ke Mesir bersama istrinya, Sarah, beliau dianugerahi oleh Raja Mesir seorang hamba sahaya perempuan, yang bernama Hajar, yang kemudian dijadikannya sebagai istri. Sewaktu Hajar telah melahirkan putranya Ismail, ia diantarkan Ibrahim ke Makkah atas perintah Allah. 

Di Makkah, Ismail menjadi besar dan berketurunan. Di antara keturunannya itu bernama Muhammad yang kemudian menjadi Nabi dan Rasul terakhir. 

Kitab Kejadian 21:18 memerintahkan agar Bani Israil mengikuti dan menyokong Nabi Muhammad, yang akan datang kemudian. "Bangunlah engkau, angkatlah budak itu, sokonglah dia, karena Aku hendak menjadikan dia suatu bangsa yang besar.”  

Demikian pula dengan Kitab Kejadian 17:20 menyebutkan: “Maka akan hal Ismail itu pun telah Kululuskan permintaanmu, bahwa sesungguhnya Aku telah memberkati akan dia dan memberikan dia dan memperbanyak dia amat sangat dua belas orang raja-raja akan berpencar daripadanya dan Aku akan menjadikan dia suatu bangsa yang besar."  

Kitab Habakuk 3:3 menyebutkan: “Bahwa Allah datang dari teman dan Yang Maha Suci dari pegunungan Paran-Selah. Maka kemuliaan-Nya menudungilah segala langit dan bumi pun adalah penuh dengan pujinya." 

Di sini diterangkan tentang teman dan orang-orang suci dari pegunungan Paran. Yang dimaksud dengan teman di sini adalah Nabi Muhammad, dan Paran adalah Makkah.

Demikian pula Nabi Musa dalam Kitab Ulangan 18: 17-22 telah menyatakan kedatangan Nabi Muhammad SAW itu: “Maka pada masa itu berfirmanlah Tuhan kepadaku (Musa), “Benarlah kata mereka itu (Bani Israil).” Bahwa Aku (Allah) akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi dari antara segala saudaranya (yaitu Nabi dan Bani Israil) yang seperti engkau (Nabi Musa) dan aku akan memberi segala firmanku dalam mulutnya dan dia pun akan mengatakan kepadanya segala yang kusuruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barang siapa yang tiada mau dengar segala firman-Ku yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku, niscaya Aku menuntutnya kelak pada orang itu. Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan mengatakan firman dengan nama-Ku, yang tiada Ku-suruh katakan, atau yang berkata dengan nama dewa-dewa, niscaya orang Nabi itu akan mati dibunuh hukumnya. Maka jikalau kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian, “Dengan apakah boleh kami ketahui akan perkataan itu bukannya firman Tuhan adanya?” Bahwa jikalau Nabi itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya tidak jadi atau tidak datang, yaitu perkataan yang bukan firman Tuhan adanya, maka Nabi itu pun berkata dengan sembarangan, janganlah kamu takut akan dia.” 

Dalam ayat-ayat Taurat di atas terdapat petunjuk-petunjuk nubuwwah Nabi Muhammad SAW sebagai berikut, “Seorang Nabi di antara segala saudaranya.” Hal ini menunjukkan bahwa yang akan menjadi Nabi itu akan muncul dari saudara-saudara Bani Israil, tetapi bukan dari Bani Israil sendiri, karena Bani Israil itu keturunan Yakub dan ia adalah anak Ishak. Sedangkan Ishak adalah saudara Ismail. Saudara-saudara Bani Israil itu ialah Bani Ismail, dan Nabi Muhammad sudah jelas adalah keturunan Bani Ismail. 

Kemudian kalimat “yang seperti engkau” memberi pengertian bahwa Nabi yang akan datang itu haruslah seperti Nabi Musa, maksudnya Nabi yang membawa agama seperti yang dibawa Nabi Musa. Seperti dituliskan bahwa Nabi Muhammad itulah satu-satunya Nabi yang membawa syariat yang berlaku juga bagi Bani Israil. 

Selain itu, dikatakan bahwa Nabi itu “tidak sombong” dan "tidak akan mati dibunuh.” Nabi Muhammad SAW seperti dimaklumi bukanlah orang yang sombong, baik sebelum menjadi Nabi apalagi setelah menjadi Nabi. Sebelum menjadi Nabi, ternyata beliau telah disenangi oleh khalayak umum, dan dipercaya oleh orang-orang Quraisy. Hal ini terbukti dengan panggilan beliau al-Amin (kepercayaan). 

Kalau beliau sombong, tentulah beliau tidak diberi gelar yang sangat terpuji itu dan Nabi Muhammad tidak mati di bunuh. 

Umat Nasrani menerapkan kenabian itu kepada Isa, padahal mereka percaya bahwa Isa mati disalib. Hal ini jelas bertentangan dengan ayat kenabian itu sendiri. Sebab Nabi itu haruslah tidak mati dibunuh (disalib dan sebagainya). Banyak lagi petunjuk di dalam Taurat yang menerangkan kenabian Muhammad SAW seperti yang diberikan Nabi Yesaya 42: 1-2; Nabi Yermin 31: 31-32, Nabi Daniel 2: 38-45; dan masih banyak lagi yang tidak perlu disebutkan di sini. 

Demikian pula dalam kitab Injil di mana tentang Muhammad banyak disebut dalam kitab Yahya. Kemudian diterangkan bahwa Nabi dan Rasul yang bernama Ahmad itu lahir dengan membawa dalil-dalil yang kuat serta mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah. Akan tetapi, mereka pun mengingkarinya dan mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang tukang sihir. 

 Tentang Nabi Muhammad itu disampaikan oleh semua Nabi, dijelaskan Allah dalam firman-Nya: Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi, “Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” 

 Allah berfirman, “Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, ”Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu.” (QS Ali Imran Ayat 81)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement