REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Lampung Puji Raharjo mengatakan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah menjadi momen penting untuk merajut kembali tali persaudaraan dan kebersamaan.
"Hal ini sesuai dengan ajaran damai Rasulullah SAW yang relevansinya melampaui batas-batas geografi, budaya, dan waktu," kata dia di Bandarlampung, Selasa
Dia mengatakan dalam konteks Islam Nusantara, ajaran damai Rasulullah dipahami dan diaplikasikan dengan pendekatan yang penuh kelembutan, toleransi, dan harmoni, sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang majemuk.
"Islam Nusantara bukan hanya sekadar praktik keislaman yang terbatas pada ritual, tetapi juga sebuah world view yang mengedepankan nilai-nilai inklusivitas, menghargai perbedaan, dan beradaptasi dengan lokalitas tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ajaran Islam," katanya.
Menurutnya, dalam perjalanan menuju Nusantara Baru dan Indonesia Maju, semangat ajaran Rasulullah dalam menjaga harmoni, memaafkan, dan menyebarkan kasih sayang kepada sesama harus dijadikan sebagai pijakan dalam menghadapi tantangan global.
Di tengah arus modernisasi yang sering kali membawa potensi perpecahan, kata dia, masyarakat, terutama umat Islam, harus meneladani Rasulullah dalam menjaga keseimbangan antara menjaga identitas keislaman dan keterbukaan terhadap perkembangan zaman.
"World view Islam Nusantara mengajarkan kita untuk tidak hanya menjadi umat yang taat secara spiritual, tetapi juga umat yang berkontribusi pada kemajuan bangsa, menciptakan kehidupan yang damai, serta membangun kebersamaan di tengah keberagaman," kata dia.
Prinsip ini, lanjut dia, sejalan dengan visi global Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin, dimana rahmat dan kebaikan tidak hanya dirasakan oleh umat Islam, tetapi juga oleh seluruh umat manusia dan alam semesta.
"Dengan meneladani Rasulullah, kita dapat merajut harmoni sosial, memperkuat persaudaraan, dan membangun bangsa yang berlandaskan nilai-nilai Islam yang moderat, penuh kasih sayang, dan berorientasi pada perdamaian dunia," katanya.
Hal itu sebagaimana Rasulullah SAW berhasil menciptakan perdamaian yang kokoh di Madinah dengan merangkul keberagaman dan menjadikan toleransi serta keadilan sebagai landasan sosial, di Indonesia. Khususnya dalam konteks Nusantara Baru, juga memiliki potensi yang besar untuk membangun bangsa yang harmonis, inklusif, dan berkemajuan.
"Dengan meneladani sikap Rasulullah dalam memimpin masyarakat yang majemuk, kita dapat menciptakan Indonesia yang tidak hanya berdaya saing di kancah global, tetapi juga tetap berpegang pada nilai-nilai kearifan lokal yang menekankan toleransi dan persatuan," ucapnya.
Menurutnya, setiap individu, terlepas dari suku, agama, dan latar belakangnya, memiliki peran penting dalam mewujudkan cita-cita bersama untuk Indonesia yang lebih baik.
"Dalam perjalanan menuju Indonesia Maju, kita harus memastikan bahwa setiap warga negara merasa dihargai dan dilibatkan dalam pembangunan, sehingga tercipta masyarakat yang damai, adil, dan sejahtera," kata dia.