Selasa 10 Sep 2024 14:38 WIB

Hikmah Polemik Nasab Baalawi Menurut Ustadz Adi Hidayat

Ustadz Adi Hidayat memberi pandangan soal polemik nasab Baalawi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ustaz Adi Hidayat memberi pandangan soal polemik nasab Baalawi.
Foto:

Menurut dia, ini menjadi salah satu poin yang barangkali penting menjadi catatan. Kata dia, penghormatan itu tetap harus ada. Kepada siapapun, umat Islam diajarkan untuk saling menghormati. 

"Dan kita telah hatam dengan itu semua. Jangan kita hanya mengambil dalil Inna akramakum indallahi atqakum, yang paling mulia adalah ketakwaannya dihadapan Allah. Nah, di antara nilai takwa itu adalah menghormati orang lain. Di antara takwa itu menyambung silaturahim," kata UAH. 

Dalam surat An-Nisa ayat pertama telah jelas dikatakan:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ

Artinya: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.143) Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.

(QS An-Nisa' [4]:1)

"Jadi menyambung silaturahim, saling menghormati, saling menghargai dengan siapapun bagian dari takwa. Nah ini kan agak miris. Kita mengambil narasi takwa untuk mengatakan yang paling tinggi di hadapan Allah adalah ketakwaannya. Tapi saat yang bersamaan juga ada sifat untuk mencela orang lain, mencela nasab orang lain. Ini bukan sesuatu yang proporsional," ucap UAH. 

UAH mengatatakan, dirinya tidak menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya. Semuanya memiliki kekurangan, kesalahan, dan pasti mempunyai celah. 

"Tapi akan lebih baik bila kita dudukkan itu semua menjadi sebuah energi untuk saling menguatkan, membangun silaturahim. Alhamdulillah, dengan adanya dan Allah izinkan isu ini terangkat, tentu kita akan punya banyak hikmah. Hikmah yang selama ini tidak bisa kita dapatkan," ujar UAH. 

Di antara hikmah dari polemik nasab ini, menurut dia, adanya hubungan silaturahim antara habaib dengan generasi yang wali songo. Menurut UAH, keduanya adalah generasi mulia dan kontribusinya tinggi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Ini saatnya bersatu, kemudian membangun tali ukhuwah yang kuat, bersinergi membangun bangsa, ya dalam situasi global yang tidak mudah saat ini. Tantangannya banyak, masyarakat banyak masalah. Banyak persoalan. Persoalan lapar, persoalan moral. Kalau sekarang pertikaiannya ada di unsur-unsur yang setidaknya harusnya menjadi teladan, kan jadi masalah yang sangat repot," jelas UAH. 

Oleh karena itu, UAH mengajak semua pihak untuk membedakan persoalan nasab ini dengan persoalan perilaku. Kalau memang ada perilaku yang menyimpang, kata UAH, maka sebaiknya internalnya diperbaiki. 

"Bila ada masukan kepada habaib dan ini nyata, ada pembuktiannya, dengan segala kerendahan hati, diperbaiki di internal habaibnya. Bila memang ada penyimpangan terkait hukum, diproses seperti yang Nabi ajarkan. Bila memang yang umumnya juga berlaku yang tidak baik, diperbaiki. Lalu kita sambungkan jadi islah untuk saling menyatu dalam kebaikan," kata UAY. 

Jika persoalannya terkait dengan nasab, lanjut UAH, maka harus ditempatkan di ruang waktu yang tepat. Karena itu, menurut dia, dalam merespos isu-isu kemasyarakatan ini, MUI tidak boleh menjadi satu figur tunggal pada personal-personal, harus menjadi figur lembaga.

"Saya kira sebagai satu lembaga, ini kami memberikan dorongan yang kuat pada isu-isu yang dirasakan, sudah meresahkan, berpotensi konflik di masyarakat," ujar UAH. 

UAH pun menyarankan agar MUI memanggil semua pihak dan membuat tim khusus untuk menjadi penilai. Menurut dia, kedua belah bisa didudukkan untuk bisa berdiskusi dengan cara yang baik dengan sistematika yang benar. 

"(Karena) ini sudah tidak produktif ya apalagi juga sudah mulai muncul komentar dari ulama-ulama dari luar," ucap UAH. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement