REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sayyid Fikri Shahab mengatakan, sebelum ada isu nasab Ba'alawi, yang mengoreksi kalangan habib, meluruskan, memberikan nasihat, memang paling banyak dari Rabithah Alawiyah sendiri.
"Ada (habib) yang mengindahkan (nasihat dari Rabithah Alawiyah), ada yang tidak, ada yang menerima, memperbaiki diri, ada yang tidak," ujar Fikri Shahab saat menjadi pembicara pada Diskusi dan Seminar Seputar Isu Nasab dan Isu Keislaman yang diselenggarakan Rabithah Alawiyah dan ditayangkan di Youtube channel Nabawi TV pada Ahad (8/9/2024).
Fikri Shahab mengatakan, jumlah Alawiyyin dulu dengan sekarang jauh berbeda. Dulu Alawiyyin jumlahnya sedikit, pendidikannya terbatas, terkontrol, sirkuitnya tidak terlalu luas, turunannya bisa diukur dari bagaimana ayah dan ibunya.
"Kita sekarang hidup di generasi di mana jumlah Alawiyyin begitu banyak, pendidikannya beragam, tinggalnya juga beragam, di berbagai negara, menerima informasi yang beragam dan permasalahan mereka sama dengan permasalahan di masyarakat," ujar Fikri Shahab.
Fikri Shahab mengungkapkan, misalnya ada pengguna narkoba dari kalangan non Alawiyyin dan dari kalangan Alawiyyin. Masalahnya sama dengan masyarakat, tapi nasabnya menjadi penting.
"Karena nasab ini, orang akan mengukur engkau sebagai keturunan Rasulullah, kok begini perilakunya? Itu yang menjadi keresahan dari Guru Gembul, keresahan itu sangat bisa kita pahami," kata Fikri Shahab.
Fikri Shahab menambahkan, apakah Rabithah Alawiyah membenarkan perilaku Habib Bahar bin Smith itu? Apakah ada jejak Rabithah Alawiyah pernah membela Habib Bahar? Apakah Rabithah Alawiyah pernah memberikan bantuan hukum? Apakah pernah Rabithah Alawiyah mengendorse yang seperti itu?
Kalau misalnya Rabithah Alawiyah jelas pandangannya dan jelas juga tidak pernah memberikan panggung kepada orang-orang seperti ini. Terus orang-orang ini rujukannya yang mana? Apakah sama dengan Rabithah Alawiyah?
Kalau misalnya Rabithah Alawiyah punya rujukan, punya garisnya sendiri lalu ada pihak Alawiyyin yang punya garisnya sendiri. Maka yang pertama Rabithah Alawiyah harus memberikan teguran.
"Jalan kita seperti ini, kamu memilih jalan yang berbeda, pernah enggak Rabithah Alawiyah menegur? Pernah sekali, dua kali, lebih, tapi diindahkan atau tidak memang itu keputusan ada di individu itu masing-masing, karena individu ini warga negara bukan warga Rabithah Alawiyah," ujar Fikri Shahab.
Fikri Shahab menegaskan, kalau dia warga negara, maka hak dia untuk memilih mau berafiliasi dengan partai politik manapun, dengan ormas manapun. Dia mau nurut atau tidak nurut kepada Rabithah Alawiyah, itu hak dia sebagai warga negara. Memang Rabithah Alawiyah tidak punya kekuatan hukum.
"Kalau kita mau menghukum seseorang, Rabithah Alawiyah bisa menghukum sejauh mana? Rabithah Alawiyah tidak bisa pecat (dia), anggota pengurus juga bukan, (maka tidak bisa) pecat, tegur bisanya, menjawab syubhat-syubhatnya lewat video resmi, bantah langsung statement-statement dia," jelas Fikri Shahab.