Rabu 11 Sep 2024 11:38 WIB

RMI NU Jakarta Minta Oknum Ba'alawi Setop 'Jualan' Karamah

Kontribusi para ulama Ba’alawi dahulu amat besar khususnya pada bidang keilmuan.

Ketua Pelaksana Halal Fair 2018, Ustaz H Rakhmad Zailani Kiki membuka Halal Fair 2018 yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta di Kompleks Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat pada 28-30 September 2018, Jumat (28/9).
Foto: Republika/Fuji E Permana
Ketua Pelaksana Halal Fair 2018, Ustaz H Rakhmad Zailani Kiki membuka Halal Fair 2018 yang diselenggarakan MUI Provinsi DKI Jakarta di Kompleks Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat pada 28-30 September 2018, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Panasnya polemik nasab Ba’alawi dinilai tidak lepas dari perilaku oknum Alawiyyin yang mendapat stigma negatif di masyarakat. Terlebih, ramai di media sosial penceramah yang diduga habaib ‘memamerkan’ karamahnya atau para pendahulunya yang notabene di luar nalar.

Ketua RMI NU Jakarta KH Rakhmad Zailani Kiki menjelaskan, karamah adalah aurat yang tidak sepatutnya untuk diumumkan kepada khalayak. “Karamah itu aurat. Jadi ngapain dipertontonkan. Yang mendengarkan tidak semua orang. Kalau disampaikan maksudnya apa. Melemahkan semangat orang bekerja dan tidak produktif karena karamah itu di luar nalar tidak bisa di copy paste,”ujar Kiai Kiki saat berbincang dengan Republika, Selasa (10/9/2024).

Baca Juga

Lebih lanjut, Kiai Kiki meminta bagi para Alawiyyin untuk berkaca kepada para pendahulu mereka. Dia mengungkapkan, kontribusi para ulama Ba’alawi dahulu amat besar khususnya pada bidang keilmuan. Dia mencontohkan, Habib Utsman bin Yahya yang mengarang 114 kitab selama hidupnya. “Sekarang enggak banyak lagi karena mereka mengalami defisit intelektual. Mereka mengandalkan kisah-kisah nenek moyangnya,”ujar Kiai Kiki.

photo
Logo Rabithah Alawiyah - (Dok Antara)

Di samping itu, Kiai Kiki mengungkapkan, sebaiknya polemik seputar nasab Ba'alawi dihentikan. Dia menjelaskan, untuk merekatkan kembali ukhuwah, maka yang dikedepankan sebaiknya adalah masalah sanad. Dia menjelaskan, sanad merupakan geneologi intelektual yang juga bersambung sampai kepada Nabi SAW, bukan geneologi biologis.

Menurut dia, para habaib atau lebih khusus Ba’alawi pun kerap berguru kepada para ulama yang bukan habaib. Sanad keilmuan mereka sampai kepada Nabi Muhammad SAW. “Mereka punya catatan emas yang sampai pada Nabi Muhammad. Kalau kita ingin menyejukkan maka arahkan kesana,”jelas dia.

Kiai Kiki menjelaskan, berdasarkan informasi yang dia terima dari seseorang yang bekerja di Perpustakaan Al-Azhar, Kairo, Mesir, maka terdapat dokumen silsilah sanad Ahlisunah Waljamaah yang bersambung kepada Nabi SAW.  Dia mencontohkan, Syekh Mukhtar Atharid atau Tuan Mukhtar Bogor yang pernah belajar kepada Habib Utsman bin Yahya yang seorang habaib.

“Habib Ali murid dari Habib Utsman bin Yahya. Sanad keilmuan itu semuanya menjadi tidak terpisahkan antara habaib dan non habaib. Yang dijunjung adalah ilmu dan ketinggian akhlak,”jelas dia.

 

Kritik guru Gembul dan jawaban Rabithah...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement