REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persyarikatan Muhammadiyah berperan secara signifikan dalam merespons musibah di Indonesia. Rata-rata per tahun, Lembaga Resiliensi Bencana Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melakukan tanggap bencana pada lebih dari 100 kejadian.
Menurut Wakil Sekretaris Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Santoso, pihaknya telah menghimpun data dan informasi tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi (TDRR). Sejak Januari hingga Juli 2024, lanjut dia, MDMC telah merespons sebanyak 114 kejadian.
"Adapun jenis kejadian yang paling banyak direspons adalah jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung," ujar Budi Santoso dalam keterangan yang diterima Republika di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Dalam penanganan darurat bencana tersebut, jelas dia, Muhammadiyah memberikan dukungan layanan secara menyeluruh. Ini mulai dari pertolongan dan penyelamatan (save and rescue/SAR), pelayanan kesehatan, hingga pemberian kebutuhan dasar. MDMC di berbagai tempat turut terdepan dalam menyediakan makanan, pakaian, hunian darurat-sementara, air bersih, sanitasi, serta layanan psikososial dan pendidikan kepada masyarakat yang terkena musibah.
Sumber daya relawan yang diterjunkan oleh Muhammadiyah adalah relawan bencana terlatih sebanyak 2.396 personel. Dukungan sumber daya finansial dikelola oleh Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu).
"Hingga Juli 2024 dengan jumlah bantuan yang sudah disalurkan sebanyak Rp 1,3 miliar lebih (Rp 1.328.200.400). Adapun jumlah penerima manfaat sebanyak 131.441 jiwa," ucap Budi menjelaskan.
Keterlibatan Muhammadiyah dalam tanggap darurat dan rehabilitasi serta rekonstruksi ini merupakan bagian dari visi Penolong Kesengsaraan Oemom (PKO) yang menjadi spirit pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Peran dalam tanggap darurat ini dirasakan tidak hanya untuk kalangan Muhammadiyah atau Muslimin saja, tetapi seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan.
MDMC berdiri sejak tahun 2007. Lembaga ini merupakan kelanjutan dari entitas sejenis pusat penanggulangan bencana di lingkungan Persyarikatan. Hingga kini, salah satu unsur pembantu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu terus berkembang untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana, baik di dalam maupun luar negeri.
Di Tanah Air, Budi menjelaskan, pihaknya terus melebarkan sayap. Hingga saat ini, telah terbentuk cabang-cabang MDMC di 36 provinsi serta 158 MDMC di level kabupaten/kota. Kerja kemanusiaan yang dilakukan unsur Muhammadiyah ini bekerja sama dengan kementerian, lembaga, dan mitra lainnya.