Kamis 18 Jul 2024 08:51 WIB

Melacak Jejak Warga Yahudi di Tanah Jawa

Keberadaan Yahudi di Nusantara tak lepas dari ekspedisi Portugis.

Seorang Yahudi Ortodoks Membaca Taurat diapit dua Muslim membaca Alquran di Yerusalem pada 1895.
Foto:

Catatan penting tentang eksistensi Yahudi di Nusantara ditulis Rabi Yacob Saphir. Dalam perjalanan ke Australia untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan permukiman Yahudi di Palestina, Rabbi Saphir tiba di Singapura, kota di Asia Tenggara dengan pemukim Yahudi Shepardic yang mapan; memiliki beberapa sinagog dan rabi.  

Sebelum bertolak ke Australia, Rabi Saphir disarankan mengunjungi masyarakat Yahudi di Batavia, Semarang, dan Surabaya. Ia memenuhi saran itu dan mengunjungi tiga kota di Jawa pada 1861, untuk bertemu keluarga-keluarga Yahudi.   

Di Batavia, Rabi Saphir bertemu 20 keluarga Yahudi. Dalam catatan perjalanannya ia menulis, “Mereka tidak lagi menjalankan ritual Judaisme, mengadakan upacara brit milah (mengkhitan anak laki-laki), karena ketiadaan pemuka agama.”  

Jika keluarga Yahudi di Batavia ingin mengkhitankan anak laki-lakinya, mereka harus mengumpulkan banyak uang untuk memanggil rabi dari Singapura. Situasi serupa juga dijumpai Rabi Saphir di Semarang, tapi tidak di Surabaya.  

Di Surabaya, Rabi Saphir menemukan sinagog yang terpelihara, dengan masyarakat Yahudi Shepardic di sekelilingnya. Di sini, brit milah dijalankan dengan baik karena ada rabi yang siap memimpin upacara. Minyan atau ritual umum yang harus diikuti minimal 10 laki-laki setiap Sabat, terpelihara.  

Rabi Saphir juga mencatat Yahudi di Batavia dan Semarang berasal dari Jerman dan Belanda dengan latar belakang Azhkenazim. Mereka tidak hanya murtad terhadap ajaran, tapi ikut-ikutan merayakan Natal.  

“Di Semarang dan Batavia, tidak ada pemakaman khusus Yahudi. Di Surabaya, Yahudi Baghdadi memiliki tanah wakaf untuk pemakaman,” demikian Rabi Saphir. 

Mereka akan dikhitan..

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement