REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU), Guntur Romli, menyesalkan pertemuan lima aktivis NU dengan Presiden Israel Isaac Herzog dan mencatut Gus Dur yang diklaim mewariskan upaya normalisasi hubungan Indonesia dan Israel.
Menurut Cak Gun, begitu akrab disapa, pencatutan nama Gus Dur dengan pemerintahan Israel saat ini, tidak sama konteksnya. Dia pun melihat pertemuan dengan Herzog tidaklah tepat.
“Menurut saya kalau hanya ke Israel tidak melihat konteksnya, hanya ikut-ikutan Gus Dur itu naif dan menyesatkan,” kata dia saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (17/7/2024).
Cak Gun menjelaskan beberapa perbedaan mencolok, pertama tokoh-tokoh yang ditemui Gus Dur adalah orang-orang Israel yang juga pro kemerdekaan Palestina dan menekankan solusi dua negara (two state solution). Mereka adalah figur yang boleh dikatakan ‘gila’ karena harus menanggung risiko dari upaya membangun perdamaian. Salah satunya Yitzhak Rabin yang tewas di tangan Yahudi Ekstremis.
Kedua, Cak Gun menyatakan tidak tepat dialog lintas agama digunakan sebagai alibi bertemu dengan Herzog. Dia menyatakan jika ketemu dengan level presiden dan perdana menteri tentu sudah politis dan bisa jadi propaganda politik pemerintah.
“Itu yg terjadi pada saat kunjungan Gus Yahya ke Netanyahu 2018, langsung Netanyahu bikin propaganda di medsosnya dikunjungi Sekretaris Jenderal NU dari Indonesia,” ujar dia.
Ketiga, Cak Gun mengatakan kondisi saat ini sedang dalam peperangan, serangan-serangan brutal militer Israel ke Gaza yang menimbulkan lebih dari 38 ribu korban jiwa.
“Bagaimana mau dialog kalau lagi suasana perang? Hentikan perang dulu, baru bisa dialog,” kata dia.
Cak Gun pun membeberkan seperti apa sosok Gus Dur dalam kancah dialog perdamaian Palestina Israel.
“Gus Dur cerdik, beliau konsisten dukung kemerdekaan Palestina dengan "menunggangi" tokoh2 Israel yang pro Palestina. Ini yang harusnya disadari oleh mereka yang masih ngaku santri-santrinya Gus Dur,” tutur dia.