REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah serius dalam mengupayakan penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal. Rencananya kalender global tersebut mulai akan digunakan pada tahun depan.
"Kita akan mulai menggunakannya tahun Hijriyah yang akan datang 1446 H," kata Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Rabu (21/2/2024).
Dirinya memahami jika memunculkan persoalan dalam penerapannya. Bahkan kalender masehi yang saat ini berlaku baru bisa diterima dunia setelah tiga abad lamanya.
"Jadi memang tidak mudah, kita tidak bisa membayangkan berapa abad lagi akan diterima, tapi dengan adanya media komunikasi yang lancar di abad sekarang kita mengharapkan tentu penerimaan ini bisa lebih cepat," kata dia.
Syamsul menilai keberadaan kalender global merupakan kebutuhan. Di tengah kehidupan masyarakat global mestinya kalender yang digunakan merupakan kalender global.
"Kita kan hidup di dunia global tapi penanggalan kita kok masih lokal, itu juga satu keanehan," ucapnya.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dijadwalkan akan menggelar Musyawarah Nasional ke-32 di Pekalongan, Jawa Tengah 23-25 Februari 2024. Salah satu topik yang dibahas yakni ihwal kalender Hijriyah global tunggal.
Syamsul menyebut Kalender Hijriah Global Tunggal merupakan hasil kajian yang cukup lama di tingkat global. Pada 2008 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sudah menyebutkan agar para pakar astronomi dan syariah di seluruh negara anggota OKI untuk melakukan kajian kalender global dalam rangka penyatuan penanggalan umat Islam.
"Kemudian serentetan kajian telah dilakukan, yang paling akhir adalah pada 2016 di Istanbul Turki diadakan Konferensi Penyatuan Kalender Global Islam yang dihadiri 60 wakil-wakil dari berbagai negara, dari sana dirumuskan satu rumusan kalender global yang kemudian disepakati," tuturnya.
"Jadi apa yang dilakukan Muhammadiyah mengacu pada keputusan-keputusan internasional," imbuhnya.
Baca juga: Saat Kiamat Tiba, Baca Kalimat Thayyibah yang 'Dibocorkan' Rasulullah SAW Ini
Pada Sabtu (20/1/2024) lalu, Pimpinan Pusat Muhammdiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriyah bertepatan pada Senin Pahing, 11 Maret 2024. Keputusan ini dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
“PP Muhammadiyah telah memutuskan berdasarkan hisab hakiki wujudil hilal yang disepakati Majelis Tarjih dan Tajdid, bahwa awal Ramadhan tahun ini jatuh pada Senin 11 Maret 2024, Idul Fitri pada Rabu 10 April 2024, dan Idul Adha pada Senin 17 Juni 2024,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam live streaming penetapan awal Ramadhan PP Muhammadiyah, Sabtu (20/1/2024).
Dia menyebutkan keputusan itu dapat diikuti bagi kaum Muslimin khususnya warga Muhammadiyah dan saudara-saudara atau umat Islam yang mengikuti metode hisab wujudil hilal. Dengan keputusan tersebut, umat Muslim bisa memulai ibadah-ibadah Ramadhan dengan mengikuti maklumat yang Muhammadiyah umumkan.
Haedar juga menyampaikan alasan mengapa penetapan awal Ramadhan 2024 diumumkan sekarang. Dia menyebut, Muhammadiyah tidak bermaksud mendahului siapapun dalam hal memberikan maklumat penetapan awal Ramadhan. Sehingga maklumat yang diumumkan ini dinilai merupakan hal yang lumrah terjadi setiap tahun sebagaimana juga berbagai organisasi juga melakukannya.
“Jadi maklumat Muhammadiyah ini adalah normal terjadi karena kami menggunakan metode hisab dengan metode khusus hisab wujudil hilal,” kata Haedar.
Baca juga: 5 Kunci Agar Rezeki yang Diperoleh Berkah di Dunia Menurut Alquran dan Hadits
Haedar menekankan bahwa penegasan mengenai mengapa maklumat disampaikan pada saat ini guna menghindari perdebatan dan juga polemi. Sebab, kata dia, Muhammadiyah tidak memiliki maksud untuk mendahului atau meninggalkan kalangan-kalangan tertentu dalam penetapan awal Ramadhan.
Meski demikian dia mengatakan bahwa boleh jadi nantinya terdapat perbedaan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha di kelompok-kelompok kecil di Tanah Air, namun itu semua diharapkan dapat dijadikan oleh kaum Muslimin sebagai ajang toleransi sehingga umat Islam telah terbiasa hidup dengan toleransi (tasamuh) dan tanawu (menjalani perbedaan cara dalam menjalankan ibadah) termasuk dalam memulai perbedaan awal Ramadhan dan Syawal.