REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Nasyiatul Aisyiyah dari tahun ke tahun menghadapi tantangan yang sangat kompleks dari berbagai arah. Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Ariati Dina Puspitasari, dari periode ke periode, tantangan yang dihadapi semakin besar seiring cepatnya perubahan.
Meski selalu berusaha mengatasi permasalahan itu, namun Nasyiah harus berupaya keras untuk terus mencari solusi berkelanjutan. Hal tersebut disampaikan Ariati pada pidato iftitah Pembukaan Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, Jumat (12/1/2024), dalam siaran persnya.
Menurut Ariati, dunia saat ini sedang menghadapi VUCA, yakni akronim dari volatility (dunia berubah cepat dan tidak stabil), uncertainty (masa depan yang penuh ketidakpastian), complexity (dunia modern yang lebih kompleks), ambiguity (lingkungan yang membingungkan).
Pascacovid-19, intensitas VUCA semakin meningkat. Tantangan yang diperlukan pemimpin semakin berat karena hal tersebut. Ariati menegaskan, maka diperlukan karakter pemimpin yang kuat, termasuk pemimpin perempuan yang memiliki karakter agile leadership. Karakter kepemimpinan agile menekankan pada kolaborasi antarindividu sehingga dapat menghadapi tantangan dengan cepat dan fleksibel.
Senada dengan pernyataan Ariati, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, dalam amanatnya menyatakan permasalahan keluarga tidak hanya menyangkut masa depan umat, tetapi juga masa depan bangsa.
"Ada gejala yang cukup serius di kalangan masyarakat dunia, termasuk yang ada di Indonesia, yaitu kecenderungan di mana banyak kalangan muda yang memilih tidak berkeluarga dengan berbagai alasan, yang sebagiannya berkaitan dengan alasan karir atau alasan lain yang bersifat fundamental, terutama yang berkaitan dengan pergeseran paradigma tentang makna keluarga dalam kehidupan masyarakat," papar Abdul Mu'ti.
Tantangan lain yang tidak sederhana, yakni ketika banyak keluarga yang bermasalah, keluarga yang broken dengan segala konsekuensinya. Nasyiatul Aisyiyah, menurut Abdul Mu'ti, telah memulai sebuah gerakan sesuai dengan karakter perempuan yang berkomitmen bahwa bangsa ini akan maju, kuat dan hebat bila keluarga sebagai komponen terkecil sanggup menjadi keluarga yang tangguh.
"Ini adalah peran-peran kebangsaan dalam jalur kultural seperti yang dikembangkan Nasyiatul Aisyah," ujar Abdul Mu'ti.
Sementara itu, Asisten 3 Penjabat Gubernur Kalimantan Barat, Alfian Salam, memberi apresiasi terhadap program-program kerja Nasyiatul Aisyiyah. Termasuk tema tanwir "Keluarga Muda Tangguh, Kuatkan Indonesia" yang menurutnya sangat sesuai kondisi di Indonesia dengan tantangan di bidang sosial, ekonomi, dan politik.
"Meghadapi tantangan seperti ini, diperlukan keluarga tangguh, dan punya fondasi kuat," tegas Alfian.
Aspek keimanan, akhlak, dan pendidikan menjadi fondasi utama dalan membentuk keluarga sebagai unit terkecil masyarakat dalam membangun bangsa. Keluarga yang tangguh akan membangun generasi yang tangguh.
Sebagai informasi, Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah diselenggarakan di Pontianak pada 12-14 Januari 2024. Tanwir I dilaksanakan satu tahun setelah periodisasi berjalan. Tanwir merupakan agenda musyawarah di bawah muktamar yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Tanwir I ini diikuti oleh 250 peserta perwakilan dari seluruh Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia. Hadir dalam pembukaan Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti yang memberi amanat dan membuka tanwir secara resmi, Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani PP Muhammadiyah Faiz Rafdhi, Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana PP 'Aisyiyah Rahmawati Husein, Wakil Sekretaris PP Aisyiyah Diyah Puspitarini, Ketua PWM Kalbar Pabali Musa, Ketua PWA Kalbar Yuni Harti, serta perwakilan organisasi otonom di Kalimantan Barat.