REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan hasil temuan Majelis Ulama Indonesia (MUI), tayangan yang terindikasi memuat konten LGBT masih mewarnai program-program di siaran televisi pada bulan suci Ramadhan. Di antara tayangan yang menuai sorotan MUI adalah ucapan yang dilontarkan artis dalam acara Program Berkah Ramadhan yang disiarkan Trans TV.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) 'Aisyiyah Salmah Orbayinah menyayangkan masih adanya tayangan yang melanggar norma masyarakat pada saat Ramadhan. Ia pun mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar segera menjatuhkan teguran keras pada stasiun televisi yang terbukti melanggar. Harapannya, lembaga penyiaran tidak lagi menayangkan konten-konten LGBT.
"Pada kasus LGBT-nya itu sendiri tidak bisa dibenarkan, menurut saya. KPI harus tegas dalam hal ini. Harus menegur bahwa itu jangan terjadi lagi ke depan," ujar Salmah Orbaniyah saat dihubungi Republika, Senin (24/3/2025).
Ia menegaskan, perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Tentunya, penyimpangan atau disorientasi seksual itu menyalahi ajaran agama-agama yang ada di Tanah Air, termasuk Islam.
"Saya kira, ini suatu perilaku yang menyimpang. Karena kalau ditinjau dari sisi agama Islam, di Alquran telah ditegaskan bahwa Allah hanya menciptakan dua jenis, yaitu lelaki dan perempuan. Tidak ada di tengah-tengahnya," kata Salmah.
"Maka kalau sampai keluar tayangan-tayangan (konten LGBT) saat Ramadhan, itu tentunya tidak benar," sambung dia.
Salmah juga mengingatkan KPI agar terlebih dahulu memeriksa latar belakang penayangan. Mengapa konten-konten yang berbau LGBT bisa keluar di program Ramadhan suatu stasiun televisi.
"Apakah memang sengaja atau bagaimana? Jadi, harus ada teguran ya untuk program-program tayangan yang menayangkan tentang LGBT," ucap dia.
View this post on Instagram
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu pun mengimbau KPI agar lebih jeli lagi dalam melakukan sensor, terutama pada tayangan televisi yang tidak disiarkan secara langsung (live). Sebab, munculnya konten-konten yang berbau LGBT cenderung bisa merusak mental pemirsa, termasuk dari generasi muda.
"Jangan sampai tayangan-tayangan yang bisa merusak generasi kita ini tayang. Mungkin tidak hanya pada event-event Ramadhan ya, tetapi juga pada event-event yang lain. Seharusnya memang tidak boleh," kata dia.