REPUBLIKA.CO.ID,Di tengah hiruk pikuk modernisasi, sosok ulama atau kaum berilmu (alim) sering kali dihadapkan pada godaan duniawi. Namun, bagaimana seharusnya seorang pewaris para Nabi bersikap?
Hadhratus Syaikh Hasyim Asy'ari dalam kitab Adabul 'Alim wa al-Mutaallim yang dikutip Dr Rosidin dalam bukunya Nasihat Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari mengingatkan bagaimana orang alim seharusnya bersikap.
Pertama, orang alim hendaknya senantiasa merasa diawasi (muraqabah) oleh Allah, baik ketika sendirian atau bersama orang lain.
Kedua, orang alim hendaknya senantiasa menetapi sikap takut kepada Allah SWT dalam seluruh gerak, diam, perkataan dan perbuatannya. Orang alim adalah orang yang dipercaya atas apa yang dititipkan kepadanya, baik berupa ilmu pengetahuan, hikmah dan takut kepada Allah SWT. Sedangkan meninggalkan sikap khauf kepada Allah SWT termasuk sifat khianat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā takhūnullāha war-rasūla wa takhūnū amānātikum wa antum ta‘lamūn(a).
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. (QS Al-Anfal Ayat 27)
Ketiga, orang alim hendaknya selalu bersikap tenang. Keempat, orang alim hendaknya senantiasa menjaga diri dari perkara haram dan syubhat.
Kelima, orang alim hendaknya bersikap rendah hati.Keenam, orang alim hendaknya bersikap rendah diri tunduk kepada Allah SWT. Di antara isi surat Imam Malik RA yang ditujukan kepada Khalifah Harun al-Rasyid adalah, "Jika Anda mengetahui suatu ilmu, maka hendaklah bisa terlihat pada diri Anda bekasnya, wibawanya, ketenangannya dan toleransinya (kemurahan hati), karena sabda Nabi Muhammad: Ulama adalah pewaris para Nabi."
Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu berkata: Pelajarilah ilmu dan pelajarilah ketenangan dan kewibawaan bersama ilmu itu.




