REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir menjamu pejabat Israel dan Palestina pada Ahad (19/3/2023) di kota resor Sharm el-Sheikh dalam upaya yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Yordania untuk mendinginkan gelombang kekerasan di Tepi Barat menjelang bulan suci Ramadhan.
Pertemuan lima-way mengikuti KTT yang ditengahi AS pada 26 Februari 2023 di Yordania, yang pertama dari jenisnya dalam beberapa tahun guna mengamankan janji Israel dan Palestina untuk de-eskalasi. Tetapi langkah itu ditantang oleh faksi di kedua sisi dan gagal menghentikan kekerasan di lapangan.
“Pertemuan di Sharm el-Sheikh bertujuan mendukung dialog antara pihak Palestina dan Israel untuk bekerja menghentikan tindakan sepihak dan eskalasi, dan memutus siklus kekerasan yang ada dan mencapai ketenangan," kata sebuah pernyataan dari Kementerian Luaar Negeri Mesir dilansir dari Arab News, Senin (20/3/2023). “Ini dapat memfasilitasi penciptaan iklim yang cocok untuk dimulainya kembali proses perdamaian."
Palestina bertujuan untuk mendirikan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, wilayah yang direbut Israel dalam perang pada tahun 1967.
Tetapi pembicaraan damai telah terhenti sejak 2014 dan orang-orang Palestina mengatakan ekspansi pemukiman Yahudi telah merusak kemungkinan negara yang layak didirikan.
Bulan puasa Ramadhan dimulai pada akhir Maret 2023. Pada tahun-tahun sebelumnya, bentrokan telah meletus antara polisi Israel dan warga Palestina di sekitar Masjid Al Aqsa Yerusalem pada puncak Ramadhan, yang bertepatan tahun ini dengan Paskah Yudaisme dan Paskah Kristen.