Selasa 13 Dec 2022 05:41 WIB

Lembaga Falakiyah NU Tegaskan Kembali Posisi Hilal dan Waktu Subuh

Menegaskan kembali Subuh dimulai ketika matahari berada di ketinggian -20 derajat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Lembaga Falakiyah NU Tegaskan Kembali Posisi Hilal dan Waktu Subuh
Foto:

Lalu berapa ukuran elongasinya? 

Saat Muktamar di Lampung, menurut Kiai Sirril, forum Bahtsul Masail menyerahkan masalah ini kepada Lembaga Falakiyah PBNU. Setelah dilakukan studi dengan simulasi 1.000 tahun ke depan, akhirnya dalam Rakernas ini LF PBNU menetapkan angka yang paling aman adalah elongasi 9,9 derajat. 

"Jadi kalau elongasi pada saat Maghrib, setelah Ijtima itu elongasinya nilainya 9,9 derajat, maka itu sudah dijadikan sebagai kriteria baru namanya Qath'iy Rukyah Nahdlatul Ulama (QRNU)," jelas Kiai Sirril.

Saat kriteria tersebut tercapai, maka memiliki konsekuensi tidak memberlakukan istikmal (nafyul ikmal). Artinya, ketika hilal tidak terlihat, tidak digenapkan menjadi 30 hari melainkan tetap 29 hari dan esoknya sudah masuk bulan baru.

Selain menyepakati pemberlakuan kriteria QRNU berupa elongasi minimal 9,9 derajat, Rakernas juga menegaskan kembali awal waktu Subuh. Dalam mengkaji ini, LF PBNU sudah membuat tim. Sejak 2019 lalu, menurut Kiai Sirril, sudah banyak data-data yang dikumpulkan. 

"Khususnya saat WFH kita zooming waktu itu, kita membuat kegiatan yang sangat intensif tentang kajian waktu subuh, bukan hanya dari segi Falakiyah saja, tapi juga dari Fiqhiyyah," kata Kiai Sirril.

Akhirnya, dalam Rakernas ini LF PBNU menetapkan dan menegaskan kembali bahwa waktu Subuh dimulai ketika matahari berada di ketinggian -20 derajat. Kriteria -20 derajat untuk waktu Subuh ini didasarkan pada kajian fikih dan ilmu falak yang kuat dengan uji pengamatan di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement