REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 menjadi momen refleksi penting bagi masa depan pendidikan Indonesia. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bidang pendidikan, Prof. Muhammad Mukri, menegaskan pentingnya kesadaran kolektif untuk terus memajukan dunia pendidikan demi menghadapi tantangan zaman yang terus berubah.
“Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional ini, saya kira kita harus sadar bahwa bangsa ini perlu terus dipacu dan dimotivasi untuk belajar. Kita perlu belajar dari bangsa-bangsa lain yang sudah jauh lebih maju,” ujar Prof Mukri saat dihubungi Republika.co.id Jumat (2/5/2025).
Meski demikian, Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU ini mengingatkan pentingnya rasa syukur dan penghargaan terhadap jasa para pendiri bangsa yang telah meletakkan fondasi pendidikan nasional.
Dalam konteks pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto, dia pun berharap arah pembangunan nasional, khususnya bidang pendidikan, benar-benar dirancang dengan mempertimbangkan masa depan.
“Pendidikan ini bukan hanya menyangkut generasi hari ini, tapi juga kehidupan masa depan. Jangan sampai kita tidak mengikuti perkembangan zaman,” ucap dia.
Dia menekankan bahwa perubahan zaman kini terjadi dengan sangat cepat, bahkan dalam hitungan lima tahun. Karena itu, para pemimpin dan pakar pendidikan harus bisa membaca arah perubahan dan mendesain sistem pendidikan yang adaptif.
“Teori-teori lama bisa jadi sudah tidak relevan dalam waktu dekat. Kita harus siap merancang ulang masa depan,” kata dia.
Dalam peringatan Hardiknas tahun ini, pemerintah mengangkat tema “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”. Menanggapi tema ini, Prof Mukri menekankan bahwa pendidikan bermutu tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga menyangkut kualitas guru, program pembelajaran, serta kesejahteraan peserta didik.
“Pendidikan bermutu itu kan terukur. Tidak cukup hanya memperbaiki ruang kelas, tapi juga perhatian terhadap guru dan program-program pendukung seperti makan gratis di sekolah,” jelas dia.
Menurut dia, program makan gratis yang digagas pemerintah harus segera direalisasikan agar anak-anak tidak belajar dalam kondisi lapar. “Kalau anak masih berpikir besok makan apa, bagaimana mungkin bisa belajar dan berkembang?” ujar dia.
Dia juga menekankan pentingnya realisasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, sebagaimana amanat undang-undang. “Anggaran pendidikan 20 persen itu harus benar-benar direalisasikan, meskipun dengan efisiensi, tetap harus fokus,” ujar dia.
Prof Mukri berharap, seluruh elemen bangsa—pemerintah, pendidik, dan masyarakat—bisa bersinergi untuk menjadikan pendidikan sebagai landasan utama pembangunan masa depan Indonesia.