REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Ketua Parlemen Aljazair, Ibrahim Bougali meminta negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bersatu dalam barisan guna menghadapi keadaan rumit, dan berbahaya di kancah internasional. Hal ini ia sampaikan pada pembukaan pertemuan ke-47 Komite Eksekutif Persatuan Negara-negara Anggota OKI.
Bougali mengatakan, perkembangan politik, ekonomi dan sosial yang sedang disaksikan dunia sekarang membutuhkan negara-negara Islam untuk bersatu. Di samping itu juga mendukung solidaritas dan kerja sama untuk menghadapi tantangan di depan.
"Pertemuan negara-negara anggota OKI datang pada situasi yang rumit dan berbahaya di arena internasional, yang menyerukan kita untuk bertindak sebagai satu badan di bawah panji kerja sama Islam," kata Bougali dilansir dari laman Middle East Monitor pada Senin (14/3).
Dia menekankan, masalah Palestina merupakan tantangan pertama yang dihadapi negara-negara anggota dan mengharuskan mereka untuk sepenuhnya mendukung rakyat Palestina.
Hal ini untuk mendapatkan hak-hak mereka yang tidak dapat dicabut, termasuk pembentukan negara merdeka mereka di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Bougali mengungkapkan, upaya bersama juga diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menegakkan prinsip-prinsip toleransi dan musyawarah yang diserukan Islam sebagai satu-satunya cara untuk menghalangi upaya perihal mengganggu, melenyapkan identitas dan mendistorsi nilai-nilai luhur Islam.
Adapun pertemuan OKI yang diadakan di Aljazair tersebut meliputi perwakilan dari Aljazair, Arab Saudi, Lebanon dan Oman (atas nama kelompok Arab), Iran, Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia (atas nama kelompok Asia), Pantai Gading, Senegal, Mozambik dan Kamerun (atas nama kelompok Afrika) dan Turki.