REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Malik bin Dinar adalah seorang ulama pada abad ke-2 Hijriyah yang pernah datang ke India untuk menyebarkan agama Islam.
Kisah kesalaehan ulama kelahiran Irak ini sangat terkenal di kalangan salaf, termasuk para pengkaji tasawuf.
Ulama bernama lengkap Abu Yahya Malik bin Dinar Al Mashri tersebut sangat piawai dalam ilmu agama. Dalam kitab Nashaih al-Ibad, Syekh Nawawi Al Bantani menjelaskan bahwa Malik bin Dinar pernah berkata:
احبس ثلاثا بثلاث حتى تكون من المؤمنين : الكبر بالتواضع، والحرص بالقناعة، والحسد بالنصيحة
Artinya: “Cegahlah tiga perkara (yang jelek) dengan tiga perkara (yang baik), sehingga engkau benar-benar termasuk orang yang beriman, yaitu cegahlah sifat takabur dengan tawadhu, cegahlah sifat rakus dengan qanaah, cegahlah sifat hasud dengan nasihat.”
Syekh Nawawi Al Batani menuturkan, takabur adalah menganggap diri sendiri lebih mulia atau lebih baik dibandingkan orang lain. Sedangkan Tawadhu artinya rendah hati.
Menurut Syekh Nawawi, kata kibr berarti kesombongan yang berkaitan dengan posisi atau derajat.
Sementra, ujub berkaitan dengan fadhilah (keutamaan). Orang kibr akan mengagungkan dirinya sebagainya orang yang terpelajar, sedangkan orang ujub akan menyombongkan dirinya dengan keutamaannya sebagai orang yang beradab.
Kemudian, Syekh Nawawi menjelaskan tentang kata hirsh. Menurut dia, hirsh (rakus) berati bersungguh-sungguh dan terlalu bersemangat pada apa yang dia cari, sedangkan qanaah adalah rela dengan ketetapan ketetapan (rezeki) dari Allah.
Sifat buruk yang ketiga, yaitu hasud adalah berkeinginan akan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain dan berharap agar nikmat itu pindah kepada dirinya. Sifat ini juga juga harus dicegah umat Islam. Rasulullah SAW bersabda:
ولا يَجتَمِعانِ في قلْبِ عبدٍ: الإيمانُ والحسَدُ “Tidak dapat berkumpul dalam rongga seorang hamba antara iman dan dengki.” Menurut Syekh Nawawi, yang dimaksud dengan iman dalam hadits ini adalah iman kepada takdir.
Sedangkan Mu’awiyah RA berkata, “Semua orang aku mampu memuaskannya, tetapi orang yang dengki kepada keberhasilanku, tidak pernah merasa puas sebelum kesuksesanku lenyap dariku.”