Jumat 01 Oct 2021 08:38 WIB

Muslim Assam Terguncang Pascatragedi Penggusuran Mematikan

Polisi India menembaki warga yang memprotes pemindahan paksa.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Keluarga Muslim yang menjadi korban kekerasan etnik di kamp pengungsi Desa Bhot Gaon, Kokrajhar, Assam, India.
Foto:

Sheikh Farid yang berusia 12 tahun adalah korban lain dari polisi yang menembaki warga yang memprotes apa yang mereka sebut pemindahan paksa. Banyak keluarga telah tinggal di sana selama 40 tahun. Menurut keluarganya, Farid terkena peluru polisi ketika dia sedang dalam perjalanan untuk mengambil kartu identitas nasionalnya dari kantor pos setempat.

Catatan resmi menunjukkan 11 lainnya, termasuk delapan warga sipil dan tiga personel polisi, masih dirawat di Guwahati Medical College and Hospital, sekitar 70 Km (43 mil) ke selatan setelah mereka mengalami luka-luka pada Kamis (23/9). Menurut buletin medis yang dirilis pada Ahad (26/9), masih terdapat peluru di perut Rejia Khatun (27) dari Dhalpur.

Sebuah video viral dari insiden itu menunjukkan Mainal berlari ke arah polisi dengan tongkat bambu. Potongan video itu menunjukkan dia ditembak oleh polisi yang mengenakan cawat dan rompi. Saat dia pingsan, polisi terlihat memukulinya dengan tongkat.

Dalam video yang sama, seorang fotografer lokal yang dibawa oleh pemerintah distrik untuk mendokumentasikan proses penggusuran menginjak Mainal bahkan ketika dia terbaring di tanah. Seorang polisi kemudian terlihat memeluk fotografer tersebut.

Pada Kamis malam, ketika video itu menyebar ke media sosial dan memicu kemarahan atas kebrutalan tersebut, polisi negara bagian menangkap Bijoy Bania, sang fotografer. Pemerintah Assam yang dipimpin oleh Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) mengumumkan penyelidikan yudisial atas insiden yang telah mengirimkan gelombang kejutan di kalangan masyarakat sipil.

Menteri Negara Bagian Himanta Biswa Sarma mengklaim penduduk desa telah menyerang polisi terlebih dahulu dengan parang dan tongkat dan bahwa kekerasan itu adalah hasil dari konspirasi. Dia juga mengklaim orang luar menghasut penduduk desa.

Baca juga : Pengacara: BPN Bogor Ingin Rocky Vs Sentul City Dimediasi

Namun demikian, Sarma, yang dikenal dengan retorika anti-Muslimnya, tidak memberikan bukti atas klaim-klaimnya. Polisi menangkap dua warga setempat, Asmet Ali dan Chand Mamud, dari desa Kira Kara dan Dhalpur Bagian 3 setelah menuduh mereka terlibat dalam kekerasan tersebut.

Insiden penggusuran oleh pihak berwenang Assam itu adalah bagian dari sengketa tanah. Sengketa tanah berawal dari keputusan pemerintah negara bagian untuk membebaskan tanah pemerintah dari perambahan.

Hampir sebulan setelah mengambil alih sebagai menteri utama, Sarma mengumumkan mereka akan menggunakan sekitar 25.666 akre (10.386 hektare) tanah yang dibebaskan dari perambahan di Gorukhuti, Sipajhar di Darrang untuk tujuan pertanian. "Penghuni liar akan diusir dari semua bagian Assam untuk melindungi tanah kami dan identitas Assam dari perambah dan penyusup," demikian cicitan Sarma di Twitter pada Juni lalu setelah mengunjungi sebuah kuil di Dhalpur.

Para kritikus menuduh Sarma dan partai BJP-nya menargetkan Muslim asal Bengali di negara bagian itu dengan menyebut mereka sebagai perambah, penyusup, dan imigran ilegal. Muslim asal Bengali merupakan bagian terbesar dari populasi Muslim di negara bagian Assam yang berjumlah lebih dari 12 juta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement