Jumat 02 Jul 2021 00:54 WIB

Jilbab dan Polemik Feminisme di Australia

Kesetaraan perempuan telah menjadi bagian dari Islam sejak awal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Beberapa Muslimah yang tinggal di Australia.
Foto:

Sejak menyelami penelitiannya tentang terjemahan Alquran oleh para sarjana wanita, Elmir didekati oleh pria dan wanita yang ingin membongkar kesalahpahaman mereka sendiri tentang peran gender tradisional dalam keluarga.

"Generasi ini luar biasa. Mereka semua menyelidiki, meneliti, melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda, yang luar biasa," katanya.

"Kita benar-benar perlu memecahkan kode feminisme dan feminisme Islam untuk meningkatkan kesadaran dan mematahkan ketakutan itu. Ini tentang menyoroti egalitarianisme Alquran, dan ajaran Nabi yang kita gunakan," ucapnya.

Jasmine Joyan, seorang mahasiswa hukum dan seni berusia 22 tahun, percaya media sosial adalah alat yang ampuh untuk membongkar mitos tentang Islam dan feminisme. Wanita di Instagram dan TikTok mampu menunjukkan diri mereka dengan cara yang terkadang dibantah atau tidak digambarkan secara akurat oleh media. 

Kekhawatirannya atas misrepresentasi agama meluas ke industri film dan TV juga. Misalnya, Jasmine menunjuk ke serial Netflix Spanyol Elite, yang menuai kritik atas penggambarannya tentang seorang wanita Muslim yang melepas jilbabnya untuk kepentingan cinta.

"Ia memiliki gagasan tentang 'kompleks penyelamat putih' yang datang dan [dari] mengubah hal-hal untuk laki-laki," kata Jasmine.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement