Jumat 02 Jul 2021 00:54 WIB

Jilbab dan Polemik Feminisme di Australia

Kesetaraan perempuan telah menjadi bagian dari Islam sejak awal.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Beberapa Muslimah yang tinggal di Australia.
Foto: SBS.com
Beberapa Muslimah yang tinggal di Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Maad perempuan Muslim yang berhijab dan dia sering mendapat tatapan di jalan atau komentar dari orang-orang yang menganggapnya perlu diselamatkan dari ideologi yang mengharuskannya mengenakan jilbab. Namun bagi Maab, menggunakan jilbab adalah tanggung jawab untuk membela keyakinannya.

Beberapa orang menciptakan jurang pemisah antara Islam dan feminisme dengan menyindir ideologi-ideologi yang bertentangan tersebut. Maab mengatakan kesetaraan perempuan telah menjadi bagian dari Islam sejak awal. Dia menunjuk pada kutukan agama atas pembunuhan bayi perempuan, sebuah praktik yang umum di Arab pra-Islam, sebagai salah satu contoh.

Baca Juga

"Saya pikir itu bukan kebetulan bahwa Nabi Muhammad menganjurkan untuk mengakhiri pembunuhan bayi perempuan. Ini memulai pembebasan wanita di dunia Arab, di dunia Muslim, karena hak-hak seorang wanita dimulai dari saat mereka ada," tutur dia dikutip dari laman ABC.

Sekitar setengah atau 51 persen orang Australia menganggap diri mereka sebagai feminis, menurut Survei Nasional Australia Talks tahun ini. Tetapi laki-laki setengahnya lebih mungkin untuk mengidentifikasi diri sebagai feminis daripada perempuan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement