Saat melihat arsitekturnya, menurut Turner, memang banyak yang merasakan suasana madrasah Pakistan atau ruang shalat di Indonesia. Namun demikian, terlepas dari itu semua, bangunan tersebut dinilai dia merupakan bentuk demokratis dari lingkungan yang ada.
‘’Karena siapapun bisa mendirikan masjid,’’ katanya.
Saleem membenarkan pernyataan itu, dia juga menambahkan bahwa ada eksotisme dalam setiap arsitektur Masjid di Inggris. Walaupun, pembuatan bangunan tersebut sempat dikiranya sebagai pengambilalihan kepemilikan bangunan.
“Dan apa yang kami lakukan adalah mencoba mendengarkan cerita dari orang-orang yang membangunnya dan yang menggunakannya, mendengarkan dan mengkontekstualisasikan.” ungkap dia. Cara itu, dipandang Saleem dan Turner sebagai panggung dalam perjalannya. Meski menjadi simbol kesuksesan komunitas tertentu, proyek ini dipastikan mereka tidak akan hilang.