Kisah sukses integrasi
Sementara beberapa Muslim migran, bersama dengan kelompok migran lainnya, mungkin menghadapi tantangan yang tidak dihadapi oleh orang Jerman lainnya, hasil penelitian juga menunjukkan mayoritas Muslim menetap dan terintegrasi dengan baik di Jerman. Hampir semua Muslim yang lahir di Jerman menilai kemampuan bahasa Jerman mereka baik atau sangat baik, dan bagi Muslim secara keseluruhan angkanya adalah 79 persen.
Sekitar 65 persen Muslim mengatakan mereka sering melakukan kontak dengan orang-orang di lingkaran teman mereka yang tidak memiliki latar belakang migrasi. Mereka yang tidak, menunjukkan mereka memiliki keinginan yang kuat untuk lebih sering berhubungan.
Studi tersebut tidak berfokus pada masalah diskriminasi, tetapi menemukan 70 persen wanita Muslim di Jerman tidak mengenakan jilbab, dengan satu dari tiga dari mereka yang tidak mengatakan ketakutan akan konsekuensi negatif adalah salah satu alasan mereka untuk tidak mengenakan jilbab.
Tetapi faktor terbesar adalah usia. Sebanyak 62 persen wanita di atas 65 tahun mengatakan mereka mengenakan jilbab, dibandingkan dengan hanya 26 persen yang berusia antara 16 dan 25 tahun.
Satu masalah utama yang diidentifikasi dalam laporan tersebut adalah peran yang dimainkan oleh asosiasi masjid, yang memiliki perwakilan terbatas di Jerman. Beberapa dari asosiasi ini dikendalikan langsung dari Turki, sebuah sistem yang harus dihapuskan, menurut Menteri junior Markus Kerber.
Laporan tersebut menegaskan banyak Muslim di Jerman menghadapi tantangan khusus tertentu yang perlu diatasi untuk mencapai kesetaraan. Namun, seperti yang disiratkan oleh penulis penelitian, ketika berhadapan dengan kelompok yang terdiri lebih dari 5 juta orang, menggunakan agama sebagai faktor utama dalam menilai tantangan ini, disebut dapat mengabaikan faktor penting lainnya.