Sabtu 30 Jan 2021 06:09 WIB

Kisah Timothy Weeks, Mantan Sandera Taliban yang Jadi Mualaf

Timothy Weeks menjadi mualaf setelah disandera Taliban.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Timothy Weeks, Mantan Sandera Taliban yang Jadi Mualaf
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara bertahap, Weeks mempelajari cara pasukan Taliban melakukan sholat dan wudhu di hadapan mereka. Pada 5 Mei 2018, dia secara resmi pindah agama menjadi seorang Muslim

"Saya pikir penjaga Taliban akan sangat senang tetapi mereka malah mengancam akan membunuh saya," katanya.

Weeks dan Kevin dibebaskan pada November 2019. Militer Amerika mengirim dua helikopter Black Hawk untuk membawa mereka pulang.

“Dari awan debu besar datang enam pasukan khusus dan mereka berjalan ke arah kami dan salah satu dari mereka melangkah ke arah saya dan dia hanya merangkul saya dan  memegang saya dan dia berkata, Apakah kamu baik-baik saja?' Dan kemudian dia mengantarku kembali ke Black Hawk.  Saat saya melihat kedua helikopter Black Hawk dan ditempatkan di tangan pasukan khusus, saya tahu cobaan panjang dan berliku-liku saya telah berakhir," katanya.

Sementara setahun terakhir ini Weeks secara aktif mendukung upaya perdamaian melalui akun Twitter-nya. Tetapi tweet nya kebanyakan di Pashto condong ke arah kelompok militan. Pegangan Twitter - nya menampilkan gambar bendera Taliban. Dia menyebut kelompok itu dengan nama resminya, Emirat Islam Afghanistan, yang digunakan para militan untuk melegitimasi diri mereka sendiri.

Orang-orang sering menyebutnya menderita sindrom Stockholm dan bahwa dia telah kewalahan selama bertahun-tahun sebagai tahanan.

“Tentu saja saya terpengaruh, saya menderita PTSD kronis parah. Tapi saya telah menemui beberapa psikolog top dan mereka belum mendiagnosis saya dengan sindrom Stockholm," kata Weeks.

Weeks mengatakan dia tidak mencintai Taliban dan terkadang membenci cara mereka memperlakukannya. Weeks tahu betul bahwa satu kata dari komandan dan para penjaga akan dapat mengeksekusi dirinya.

Saat Weeks disandera, ibunya meninggal. Segera setelah dibebaskan dia didiagnosis menderita kanker prostat stadium lanjut dan telah menjalani tujuh operasi dalam 10 bulan terakhir.

"Orang-orang yang menyebut saya boneka Taliban tidak mengerti apa yang telah saya alami dalam hal kesehatan dan kehilangan pribadi," katanya.

Saat ini, Weeks bekerja sebagai aktivis paruh waktu yang mencoba membantu pengungsi Afghanistan di negara lain seperti Turki.Sedang mantan kolega, Kevin tidak pernah menampakkan diri sejak dibebaskan.

Sementara Weeks mengatakan dia tidak memaafkan kekerasan yang dilakukan oleh Taliban.

“Saya telah membuat komitmen untuk mendukung Taliban dalam negosiasi, bukan dalam kekerasan atau bom bunuh diri. Saya sama sekali tidak mendukung untuk itu. Saya mencoba melakukan yang terbaik untuk memastikan mereka tetap berada di meja perundingan. Jika saya dapat memiliki bagian terkecil dalam membawa perdamaian ke Afghanistan maka saya akan bahagia," jelasnya.  

Tahun lalu, Weeks melakukan perjalanan ke Doha, Qatar, untuk menghadiri sesi diskusi perdamaian antara Taliban dan Amerika atas undangan kelompok militan Taliban. “Saya telah berjanji pada diri sendiri untuk menyoroti masalah tawanan perang setelah saya dibebaskan,” katanya.

Di sana dia bertemu Anas Haqqani, seorang komandan Taliban yang dibebaskan dengan imbalan Weeks dan Kevin. “Kami ditukar untuk membangun kepercayaan. Jadi masuk akal bagiku untuk bertemu dengannya," jelasnya.  

Sumber:

https://www.trtworld.com/magazine/how-an-australian-held-hostage-by-the-taliban-converted-to-islam-43681

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement