Menurut Ken Muroi (61), Ketua Asosiasi Lingkungan, pihaknya tidak pernah menaruh prasangka buruk pada agama Islam. Hanya saja saat itu banyak insiden di luar negeri yang melibatkan Islam.
"Tidak ada prasangka terhadap agama itu sendiri, tetapi pada saat itu banyak insiden yang melibatkan Muslim terjadi di luar negeri. Jadi, beberapa penduduk menyiarkan pendapat seperti, 'Saya khawatir akan ada masalah jika dibangun masjid,' dan, 'Saya ingin mereka membangunnya di tempat lain," kata Muroi.
Setelah setengah tahun berunding, asosiasi lingkungan membuat dokumen kesepakatan yang meminta masjid meminimalkan kebisingan, mengontrol masuk dan keluar malam hari ke properti, dan berhati-hati dalam manajemen kebakaran dan penguncian. Masjid menyetujui permintaan tersebut.
Masjid selesai dibangun pada Agustus 2014. Masjid tersebut telah bergabung dengan asosiasi lingkungan sebagai satu kesatuan, dan kaum muda Muslim juga telah mengambil bagian dalam upaya membersihkan daerah setempat dan menyekop salju. Singkatnya, sekarang ini adalah bagian dari kehidupan komunitas.
Seiji Matsui (46), seorang Muslim Jepang yang menjabat sebagai wakil ketua Masyarakat Muslim Ishikawa, yang telah berurusan dengan negosiasi dengan penduduk, berkata, "Sebelum (masjid) dibangun, orang-orang bahkan bertanya kepada saya apakah itu ada hubungannya dengan Alqaidah. Dengan melibatkan mereka secara langsung dan bersabar dalam penjelasan saya, saya bisa membuat mereka mengerti."