Ibnu Arabi, seorang sufi ternama, mengakui dalam karyanya, al-Durrat al-Fakhira, mengenai sosok perempuan yang juga memberikan pengaruh terhadap dirinya. Namun, sosok perempuan paling terkenal di era Umayyah adalah Wallada binti al-Mustakfi. Ia memang hidup pada masa kemunduran pemerintahan Umayyah.
Tetapi, ia dianggap sebagai perempuan berprestasi. Ia seorang penyair berbahasa Arab di Cordoba yang juga mendirikan tempat belajar puisi, musik, seni. Wallada lahir di Cordoba pada 1011 Masehi. Dia putri Muhammad III, salah satu khalifah Dinasti Umayyah yang naik takhta pada 1024 Masehi.
Ia mengalami beberapa pemerintahan sebelum pemerintahan ayahnya. Pada masa kanak-kanaknya, Cordoba di bawah kepemimpinan al-Mansur bin Abi Aamir. Kala remaja, dia menyaksikan peristiwa suksesi di mana anak laki-laki Aamir, Sanchuelo, berusaha merebut kekuasaan dari Hisham II.
Akibat perebutan kekuasaan ini, perang sipil pecah. Hingga kemudian ayahnya, Muhammad III menggapai kekuasaan pada 1024 Masehi meski ia menggenggam kekuasaan hanya dalam kurun waktu dua tahun. Ia terbunuh. Dalam kehidupan istana, Wallada beroleh keberuntungan.
Sebab ayahnya, Muhammad III, tak dikaruniai anak laki-laki.Wallada memperoleh harta waris ayahnya yang berlimpah. Ia bukan tipe perempuan yang suka menghamburkan harta. Sebaliknya, ia memanfaatkan gelimang harta itu untuk mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan.