Selasa 05 Feb 2019 06:06 WIB

Li jinghan: Islam Menjadi Berkah Bagi Kehidupan

Kehidupan Sebisa mungkin Jinghan mengendalikan hawa nafsu.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto:

Ramadhan merupakan waktu yang ditunggu. Namun, bagi sebagian Muslim, bulan ini menjadi sebuah tantangan. Tak hanya menahan haus dan lapar, tetapi juga ha wa nafsu lainnya. "Puasa adalah kekhawatiran terbesar, tetapi kemudian saya menya dari selama Ramadhan kita harus mela kukan shalat malam," kata Li Jinghan, yang menjadi mualaf pada 2015 sebelum Ramadhan.

Rasanya sulit untuk menahan lapar dan haus pada siang hari. Namun, setelah be berapa hari menjalani nya, dia mulai ter biasa bahkan menikmati ibadah tersebut. Lambat laun dia menyadari arti penting iba dah ini. Tak sekadar menahan dahaga dan lapar, tapi juga nafsu. Sebisa mungkin Jinghan me ngendali kan hawa nafsu dan mem prio ritaskan kehidupan untuk Allah semata.

Puasa mengajarkan setiap insan untuk memaksimalkan penyerahan diri. Hanya tujuan utama yang dicari, yaitu kem bali kepada Sang Pencipta demi menda patkan ridha -Nya, sehingga diri menjadi tenang.

Jinghan bertemu dengan kekasih hatinya, Muhammah Aizat Khalis pada 2012, ketika keduanya sedang belajar di universitas. Ketika itu, Ai zat sudah menekankan pentingnya ke yakinan. Tak mungkin untuk me lan jutkan hubungan jika keyakin an tidak sama. Tak ada tekanan. Dia hanya menga takan, berusaha untuk belajar, dan ke mudian kita akan melihat bagai mana kelanjutannya."

Setelah berkencan selama tiga tahun, dengan berkah dari kedua ke luarga mereka, pasangan itu memu tuskan untuk menikah. Saat itulah Jinghan pindah agama, memilih men jadi Muslim dan mengikuti jejak suami. Masih teringat, syahadah diucap kannya dua pekan sebelum Ra madhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement