Kamis 23 Aug 2018 11:19 WIB

Tantangan Kemerdekaan

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena melalui perjuangan sampai titik darah penghab

Presiden Republika Indonesia, Joko Widodo (kiri) menerima  duplikat bendera sang merah putih dari  Paskibraka Zanita Tahta  dalam upacara penurunan bendera sang merah putih di hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 73 di  Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (17/8).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Presiden Republika Indonesia, Joko Widodo (kiri) menerima duplikat bendera sang merah putih dari Paskibraka Zanita Tahta dalam upacara penurunan bendera sang merah putih di hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 73 di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Oleh: Imam Nawawi

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena melalui perjuangan sampai titik darah penghabisan telah di anugeprahi oleh Allah Ta'ala kemerdekaan. Kini, kita memasuki usia kemerdekaan yang ke-73. Saat yang tepat untuk kita tunduk melakukan introspeksi diri guna menjadi generasi penerus yang mampu mempertahankan ke merdekaan sekaligus mampu menjawab tantangan-tantangan kemerdekaan.

Kemerdekaan hakiki bukan semata merdeka secara po litik, tetapi harus merdeka dari kelaparan, kebodohan, kemiskinan, kebiadaban, dan praktik korupsi yang menyebabkan kerusakan kompleks di negeri ini sehingga bangsa ini tidak memiliki izzah (harkat dan martabat) di hadapan bangsa lain.

Semua itu tidak mungkin dihentikan, melainkan oleh kesadaran seluruh anak bangsa, terutama kaum Muslimin sebagai mayoritas penduduk di negeri ini memanifestasikan nilai-nilai iman dan ketakwaan di dalam segenap sisi ke hi du pan sehingga teguh dan kokohlah apa yang termaktub dalam sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia.

Sebagaimana diketahui, hanya persatuanlah yang men jadikan Indonesia mampu membuat Belanda lari tunggang-langgang setelah 350 tahun ngendon di negeri ini. Hanya persatuanlah yang menjadikan Indonesia sebagai negara maritim terbesar di bumi ini. Hanya persatuanlah yang men jadikan Indonesia masih survive hingga saat ini.

Oleh karena itu, perasaan senasib, sebangsa, dan setanah air harus terus diasah, dipertajam, agar apa yang menjadi tan tangan kemerdekaan berupa kesenjangan ekonomi, ke tidakmerataan kemakmuran, dan lemahnya keadilan benar-benar dapat diatasi.

Dalam upaya mengatasi tantangan-tantangan ke mer de kaan tersebut, Rasulullah memberikan solusinya. Pertama, sebarkan salam. Rasulullah bersabda, "Se bar kanlah salam di antara kalian." (HR Muslim). Artinya, jangan sampai ada kebiasaan saling mendengki, saling mencaci, dan saling memusuhi. Jika itu dilakukan maka bukan saja ke mer dekaan negeri ini akan semakin rapuh, melainkan iman di dalam dada pun akan kian tercerabut.

Kedua, berikanlah makan. Memberikan makan dapat dimaknai sebagai spirit dan komitmen untuk menye jah te rakan seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bangsa ini akan benar-benar merdeka jika dapat di pas tikan tidak ada lagi penduduk negeri ini yang kesulitan makan, apalagi sampai tidak makan.

Ketiga, jalin silaturahim. Bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat, disegani, dan berpengaruh hanya apabila silaturahim di antara seluruh elemen bangsa terjalin dengan kuat sehingga semua hidup dalam visi dan spirit yang sama, yakni memajukan bangsa dan negara tercinta. "Barang siapa yang senang dilapangkan rezekinya, atau dipanjangkan umurnya, maka jalinlah silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).

Keempat, dirikanlah shalat malam. Manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu membebaskan diri dari jajahan hawa nafsu. Selain itu, ciri seseorang terbebas dari jajahan hawa nafsu adalah komitmennya untuk senantiasa bangun di tengah malam, guna menghadap, meratap, dan mengharap pertolongan dari Allah Ta'ala. n 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement