Jumat 09 Feb 2018 05:39 WIB
Masjid Kali Pasir (2-Habis)

Simbol Keharmonisan Keberagaman di Kota Benteng

Kerajaan Padjajaran memiliki pengaruh kuat pada pembangunan masjid tertua tersebut.

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Agus Yulianto
PasanganWali Kota dan Wakil Walikota Tangerang terpilih  Arif Wismansyah dan Sachrudin
Foto: Republika/Yasin Habibi
PasanganWali Kota dan Wakil Walikota Tangerang terpilih Arif Wismansyah dan Sachrudin

REPUBLIKA.CO.ID, Ratusan tahun yang lalu, perahu dan transportasi air masih jadi primadona bagi penduduk nusantara. Tak hanya untuk menyeberangi lautan, sungai menjadi jalan tol gratis bagi perahu. Mengangkut bahan bangunan, pangan, maupun dagangan. Begitu pula yang terjadi di Cisadane. Sebagai sungai yang membelah kota Tangerang, Cisadane memiliki peran penting nadi kehidupan di pesisirnya.

"Bahkan di tahun 80-an, masih ada perahu-perahu yang membawa bambu dari Bogor ke Jakarta lewat Cisadane," kata Kepala Bidang Budaya Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, Sudadi.

Menjadi bagian yang penting dalam nadi kehidupan, juga perdagangan di Kota Tangerang, Cisadane juga memiliki peran penting penyebaran Islam di Kota Tangerang. "Bukti fisiknya adalah masjid Jami Kali Pasir," kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (8/2).

Penamaan Masjid Jami Kali Pasir sendiri juga berawal dari aktivitas penambangan pasir di pesisir kali. Pembangunan masjid tersebut belum diketahui secara pasti kapan mulai didirikan. Berkaitan dengan pengembangan penelitian yang dilakukan DKM Masjid Kali Pasir, Sudadi mengatakan, kemungkinan besar kebenaran Masjid Kali Pasir didirikan di abad 15 itu bisa saja terjadi. Mengingat, Kerajaan Padjajaran yang memiliki pengaruh kuat di pembangunan masjid tertua Kota Tangerang tersebut.

 

Setelah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya dari sembilan cagar budaya yang dimiliki Kota Tangerang, kini Masjid Kali Pasir menjadi perhatian Disbudpar Kota Tangerang untuk melakukan rehabilitasi cagar budaya. "Termasuk asal muasalnya, kita akan melakukan penataan ulang sejarah dan kembali melakukan penelitian tentunya melibatkan ahli sejarah," ujar dia.

Sudadi bercerita, Pasar Lama yang berdekatan dengan Masjid Kali Pasir menjadi satu catatan pasar terlama. Yang menariknya, peradaban etnis Tionghoa ikut bermukim dan melakukan perdagangan di sana. "Kelenteng Boen Tek Bio yang hampir seumur dengan Masjid Kali Pasir memberikan gabaran keharmonisan antara umat beragama di bawah kepemimpinan keturunan kerajaan Padjajaran di Kota Tangerang," turutnya.

photo
Masjid Kali Pasir Tangerang

Menara yang dibangun di Masjid Kali Pasir, misalnya, bercorak khas arsitektur Tionghoa dengan bentuk mirip pagoda. Menara yang belum lama dibangun ketimbang bangunan inti masjid tersebut, bisa dikatakan sebuah bentuk toleransi umat Islam yang lebih dulu tinggal di Kota Tangerang dan memberikan tempat etnis Tionghoa di tanah mereka.

Ada dua pendapat kedatangan etnis Tionghoa ke Kota Tangerang. Sudadi menjelaskan, etnis Tionghoa di daerah Pasar Lama tempat Masjid Kali Pasir berdiri berasal dari Teluknaga yang saat ini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang. Dulunya,  etnis Tionghoa tersebut mengetahui adanya pasar yang berdiri di daerah Kali Pasir. Akhirnya etnis Tionghoa yang ada di Teluknaga ikut berdagang di Pasar Lama dan beranak pinak di sana.

Sedangkan versi kedua adalah budak-budak Cina yang didatangkan dari Semarang oleh pemerintahan Batavia ketika masyarakat Kota Tangerang yang saat itu dipimpin oleh keluarga Kerjaaan Padjajaran mulai memberontak dan tidak setuju terhadap proyek kereta api milik pemerintahan Belanda. "Dulu kan kereta sampai ke sana, tembus terus untuk mengangkut pasir di Kali Pasir," kata dia.

Setelah etnis tionghoa mendapat tempat di masyarakat Kali Pasir kala itu, Boen Tek Bio dibangun dan berjarak kurang lebih seratus meter dari Masjid Kali Pasir dan menjadi lambang keharmonisan umat beragama di Kota Tangerang hingga saat ini.

Mengembalikan fungsi masjid

Wali Kota Tangerang, Arif R Wismansyah mengatakan, akan mengembalikan fungsi masjid-masjid di Kota Tangerang, termasuk Masjid Kali Pasir sendiri. Kata dia, masjid semestinya dijadikan pusat peribadahan umat Islam dan pusat Informasi serta aktivitas rukun warga di Kota Tangerang.

Kata dia, Tangerang memiliki 654 masjid.  Ini menjadikan potensi masjid sebagai pusat informasi di masyarakat hingga ke bawah, sangat memungkinkan. Tidak hanya sebagai sarana ibadah saja, akan tetapi posyandu, rapat warga, dan tempat belajar mengaji sebaiknya dilakukan di masjid untuk menghidupkan masjid.

"Bayangkan, sekarang satu RW sudah dua masjid. Jadi besok itu posyandu, rapat warga, kan bisa pakai masjid," kata dia kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Selama ini, lanjut Arief, banyak program-program Pemkot Tangerang yang tidak bisa tersosialisasi dengan baik lantaran tidak sampai ke masyarakat tingkat paling bawah. Itulah mengapa dirinya ingin agar masjid bisa mengambil andil dalam program-program pemerintahan Kota Tangerang.

Menurut dia, sekolah gratis sembilan tahun dan beberapa program lainnya tak sampai ke masyarakat karena keterbatasan akses Pemkot ke Masyarakat itu sendiri. "Jadi besok, kita sudah adakan rapat dengan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) agar ada yang keliling, mendata misalnya siapa yang putus sekolah akan diberikan bantuan oleh Pemkot," ucap dia.

Pengembalian fungsi masjid sebagai pusat aktivitas masyarakat, kata dia, diharapkan bisa memberikan sumbangsih agar pembangunan di Kota Tangerang bisa lebih baik ke depannya. Apalagi, Kota Tangerang sebagai daerah perlintasan sarana transportasi darat jalur Sumatra-Jawa dan udara dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

 

Karenanya, keberadaan masjid diharapkan bisa menjadi benteng untuk masyarakat dalam memerangi kejahatan yang sering lalu lalang terbawa arus lalu lintas tersebut. "Radikalisme, narkoba, naudzubillah juga LGBT, agar masjid bisa jadi yang terdepan melindungi masyarakat Kota Tangerang," tandas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement