REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah tahun 1608, Pangeran Kuripan memperbaiki patilasanini dengan tanah yang berwarna hitam serta tiang pancang dari pohon kelapa dan atap daun kelapa.
Para pendiri Masjid Kali Pasir, kata Ahmad, merupakan pimpinan Kota Tangerang pada masa itu. Salah satunya adalah Temanggung Paku Wijaya yang memperbesar bangunan Masjid Kali Pasir pada 1671.
Saat ini, masih terlihat, empat tiang utama bangunan masjid dengan bahan kayu yang terpancang rapi. Keempat kayu berwarna hitam tersebut kini diberikan kerangka besi di bagian luar bercat kuning emas.
"Itu besi untuk berjaga-jaga kalau kayu keropos," kata mantan ketua Dewan Kemak muran Masjid (DKM) Kali Pasir, Ahmad Sjahrodji
Seiring waktu, Kota Tangerang terus berganti kepemimpinan. Hal tersebut juga tercatat dalam sejarah pembangunan Masjid Kali Pasir.
Pada 1904, di bangun menara masjid yang juga me nandai berakhirnya gelar Aria dalam kepemimpinan Raden Aria Idar Dilaga di Kota Tangerang.
Pada saat pembangunan menara masjid tersebut, sentuhan ornamen bercorak Tionghoa hadir. Corak merah dengan bentuk pagoda di masjid itu sering disebut sebagai bentuk harmonisasi antaragama dan etnis yang berdampingan di wilayah tersebut.
Masjid Kali Pasir sudah hampir 400 tahun ber dampingan dengan Kelenteng Boen Tek Bio. "Masjid ini pernah digunakan tempat dapur umum juga sama orang ke turunan Cina di sini," kata Ahmad.
Tak hanya pada masa pendudukan oleh Belanda etnis Tionghoa diterima di Kampung Sukajadi, tempat Boen Tek Bio dan Masjid Kali Pasir. Saat kerusuhan 1998 juga begitu banyak etnis Tionghoa yang berlindung di kampung tersebut.
(Baca: Masjid Kali Pasir Simbol Keharmonisan Antaragama di Tangerang)
Ikuti Whatsapp Channel Republika
