Jumat 09 Feb 2018 05:00 WIB
Masjid Kali Pasir (1)

Potret Nadi Islam di Pesisir Cisadane

Masjid Kali Pasir, juga menjadi saksi sejarah kerukunan dari etnis Tionghoa.

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Agus Yulianto
Masjid Kali Pasir Tangerang
Foto: Wikipedia
Masjid Kali Pasir Tangerang

REPUBLIKA.CO.ID,  Masjid Kali Pasir, menjadi saksi sejarah peradaban islam di Kota Benteng (julukan Kota Tangerang). Masjid tua yang didirikan 1576 Masehi ini, memiliki sejarah peradaban islam bermula di pesisir sungai Cisadane.

 

"Berawal dari petilasan," itu yang dikatakan mantan ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Kali Pasir, Ahmad Sjahrodji saat ditemui Republika.co.id, di Masjid Kali Pasir beberapa waktu lalu.

 

Dulunya, kata dia, lokasi itu tempat bertapa pembawa Islam ke Kota Benteng yang sekaligus juga menjadi sarana ibadah di Kota Tangerang. "Ini adalah patilasan. Patilasan itu adalah tempat bertapa dari seorang ulama, bernama Ki Engger Jati. Beliau adalah orang dari keluarga besar kerajaan galu kawalih," ujar dia.

Pria berusia 68 tahun ini menceritakan, bagaimana Kali Pasir menjadi sentral penyebaran Islam di tanah Tangerang. Cisadane, yang dulunya adalah sarana transportasi dari arah Bogor ke bagian utara Jawa Barat, memberikan sumbangsih penyebaran Islam yang berasal dari Padjajaran.

Masjid Kali Pasir berawal dari tempat persinggahan ulama-ulama terdahulu utusan Kerajaan Padjajaran untuk menyebarkan Islam. Masjid ini dibangun berdampingan dengan kelenteng tertua di Tangerang, Boen Tek Bio. Bangunan masjid, yang dididirkan oelh Arya Sepuh, semasa Maulana Hasanudin atau yang lebih dikenal dengan Kiai Tobari ini, bentuknya seperti tempat singgah atau bale bambu.

"Awalnya ini bangunan sederhana. Setelah 1608, Pangeran Kuripan baru memperbaiki patilasan ini dengan tanah yang berwarna hitam, dan tiang pancang dari pohon kelapa, atap daun kelapa," tutur Ahmad.

Pendiri-pendiri Masjid Kali Pasir, merupakan pimpinan-pimpinan Kota Tangerang pada masa itu. Salah satunya adalah Temanggung Paku Wijaya yang memperbesar bangunan Masjid Kali Pasir pada 1671.

 

Namun demikian, pemugaran masjid itu tidak menghilangkan ciri khas bangunan. Pasalnya, empat tiang utama bangunan masjid dengan bahan kayu  itu, masih terpancang rapi. Meski, ada bekas rayap memakan kayu tua yang menyangga ruangan utama masjid Kali Pasir.

 

Hanya saja, saat ini, keempat kayu berwarna hitam tersebut telah diberi kerangka besi di bagian luar bercat kuning emas. "Itu besi untuk menjaga-jaga kalau kayu keropos dimakan rayap," ujar dia.

photo
Masjid Kali Pasir Tangerang

Seiring waktu, Kota Tangerang terus berganti kepemimpinan. Hal tersebut juga tercatat dalam sejarah pembangunan Masjid Kali Pasir di Kota Tangerang. Hingga di tahun 1904, dibangunlah menara untuk Masjid Kali Pasir di bawah kepemimpinan Raden Aria Idar Dilaga.

Pada saat pembangunan menara masjid tersebut, sentuhan ornamen bercorak Tionghoa, turut hadir. Corak merah dengan bentuk pagoda di masjid tersebut sering disebut-sebut sebagai bentuk harmonisasi antar agama dan etnis yang berdampingan di wilayah tersebut.

Masjid tertua di Kota Tangerang tersebut berdampingan hampir 400 tahun bersama dengan Kelenteng Boen Tek Bio.  Kini, keduanya menjadi salah satu cagar budaya yang dimiliki oleh Kota Tangerang. Menjadi tempat penyebaran Islam pertama di Kota Tangerang. Hanya sayangnya, Msjid Kali Pasir kini tidak digunakan untuk ibadah shalat Jumat.

Masjid yang terletak di Jl Raya Merdeka No 1 Sukajadi, Kota Tangerang ini, sekarang hanya difungsikan sebagai tempat ibadah shalat wajib lima waktu untuk warga sekitar. Sesekali, kata Ahmad, juga  diadakan pengajian. "Biasanya untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, dan beberapa hari besar umat Islam lainnya," ujarnya.

Masjid Kali Pasir, juga menjadi saksi sejarah kerukunan dari etnis Tionghoa pemeluk agama Budha dan Konghuchu dengan umat Islam yang hidup berdampingan. Selama berabad-abad, Klenteng dan Masjid yang berdekatan tersebut, tak pernah memiliki singgungan. Bukti kerukunan antarumat beragama yang terpelihara hingga ratusan tahun.

Tak jauh dari lokasi Pasar Lama, Masjid Kali Pasir juga pernah tersentuh pengaruh dari pedagang Arab dan Cina dari arsitekturnya. Menara yang dibangun di 1906 terlihat lebih mirip pagoda dengan arsitektur Cina. Sedangkan garis lengkung yang dibuat di pintu-pintu masjid kali pasir lebih tercorak pada kubah-kubah arsitektur pengaruh timur tengah.

Bagian dalam dari masjid, pun sudah banyak yang berubah, terutama dinding yang saat ini secara menyeluruh sudah dilapisi marmer berwarna putih. Tapi, tidak dengan tiga hal, yang pertama adalah posisi garis shaf yang dibuat miring sedari masjid dibangun. Bukan karena pergeseran atau lainnya, melainkan posisi masjid yang memang dibuat demikian karena menghindari penggusuran rumah warga saat pembangunan awal masjid tersebut.

Kemudian kubah yang bercorak atap keraton atau atap sebuah kerajaan yang lancip di bagian tengah. Ketiga adalah keempat tiang kayu balok berwarna hitam di ruang utama masjid.

Dulunya, masjid tersebut menjadi pusat peribadatan masyarakat sekitar, baik di Pasar Lama, maupun kala pemerintahan Kabupaten Tangerang masih berpusat di samping pasar lama. Shalat Jumat juga digunakan hingga adanya pembangunan Masjid Agung Al Mujahiddin yang didirikan Pemkab Tangerang.

Menjadi nadi penyebaran islam di pesisir Cisadane, masjid yang sarat akan sejarah tersebut menjadi cagar budaya pemkot Tangerang dan menyimpan cerita kerukunan antar umat beragama yang diayomi mayoritas Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement